Bagikan:

JAKARTA -  Juru Bicara calon presiden nomor urut dua Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan isu penculikan yang kerap dialamatkan kepada Prabowo dalam pemilu presiden, sengaja dimunculkan oleh lawan politiknya untuk menyerang Prabowo.

“Kasus penculikan ini selalu diulang-ulang setiap pemilu seperti halnya kaset rusak,” kata Dahnil saat ngobrol bareng Eddy Wijaya di podcast EdshareOn, dalam keteranganya, Senin 5 Februari. “Ini hanya untuk kepentingan elektoral dan untuk men-downgrade Pak Prabowo.”

Menurut Dahnil, Prabowo sudah mempertanggungjawabkan dirinya dalam kasus tersebut dengan berhenti sebagai perwira TNI. Walaupun dalam putusan sidang Mahkamah Militer, kata Dahnil, Prabowo dinyatakan tidak terlibat secara langsung. Prabowo diberhentikan karena bertanggung jawab terhadap pasukan yang diduga terlibat dalam kasus ini.

“Inilah yang saya sebut sebagai loyalitasnya beliau. Kadang yang bukan tanggung jawab beliau secara langsung, tapi beliau mau mengembannya demi menjaga kepentingan bangsa dan negara,” ujar Dahnil.

Sikap Prabowo tersebut, Dahnil melanjutkan, membuat banyak orang yang dulu berhadapan dengannya pada akhirnya menjadi teman dekat. Bahkan bergabung menjadi barisan pendukung Prabowo dalam perpolitikan nasional.

“Sebelum Pak Budiman Sudjatmiko (eks politikus PDIP), ada banyak aktivis yang kemudian mendukung Pak Prabowo seperti Pius Lustrilanang, almarhum Desmond Junaidi Mahesa dan Haryanto Taslam,” kata Dahnil.

Dahnil tidak menepis sikap para aktivis tersebut kerap dikaitkan dengan sindrom stockholm, istilah yang pernah dicetuskan oleh seorang kriminolog Nils Bejerot, terhadap para korban yang memiliki ikatan psikologis dengan penculiknya.

Namun Dahnil menambahkan sikap para aktivis terletak pada upaya mereka menemukan kebenaran pada peristiwa 98.

“Pertama, mereka mengetahui bahwa Pak Prabowo tidak bersalah. Kedua, mereka melihat ada nilai ksatria dan patriotisme dari Pak Prabowo, dan ketiga, ada nilai-nilai kemanusiaan,” ujar Dahnil.

“Ini ibarat pepatah Jawa yaitu becik ketitik ala ketara artinya pada saatnya yang benar akan terbuka dan yang salah akhirnya terlihat.”

Strategi Bongbong Marcos dan Joget Gemoy

Dalam podcast EdshareOn bersama Eddy Wijaya, Dahnil Anzar Simanjuntak juga menjawab isu strategi politik Prabowo menggaet Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres, yang mirip dengan Bongbong Marcos, anak dari diktator Filipina yang menggaet anak Duterte untuk menang Pemilu. Menurut Dahnil isu itu hanyalah framing media terhadap Prabowo. (adv)