Bagikan:

JAKARTA - Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi menyayangkan keputusan PT Transjakarta yang mengganti nama puluhan halte Transjakarta. Pasalnya, Transjakarta tak melibatkan DPRD untuk berdiskusi sebelum pergantian nama tersebut.

“Ya, itu enggak ada komunikasi dengan DPRD. Harusnya disosialisasikan, ngobrol sama dewan, tupoksinya Komisi B. Ajak berunding, nanti Komisi B lapor ke ketua dewan untuk memutuskan apakah layak atau tidak,” kata Prasetyo dalam keterangannya, Jumat, 19 Januari.

Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta ini menilai, perubahan nama halte itu mempengaruhi aktivitas masyarakat pengguna. Mengingat, pengguna bus Transjakarta sudah mengenal nama halte yang lama sebagai patokan untuk naik dan turun dari kendaraan.

Atas dasar itu, Prasetyo menyebut pihaknya akan memangggil jajaran Pemprov DKI Jakarta dan BUMD PT Transjakarta untuk menjelaskan pergantian nama halte tersebut.

"Nanti saya panggil untuk klarifikasi,” ungkap Prasetyo.

Sebelumnya, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) melakukan perubahan nama beberapa halte yang bertujuan untuk menetralisasi nama tersebut.

"Jadi penyesuaian nama halte bagian dari netralisasi nama halte-halte TransJakarta. Kan sebelumnya ada nama halte yang bersifat komersial. Jadi sekarang dinetralkan," kata Kepala Departemen Humas dan CSR TransJakarta Wibowo saat dihubungi.

Bowo berharap dengan perubahan nama halte menjadi lebih netral maka TransJakarta bisa memiliki sumber pendapatan baru melalui hak penamaan (naming rights) halte.

Berikut daftar perubahan nama-nama halte TransJakarta:

Koridor 1:

- Karet Sudirman menjadi Karet

- Dukuh Atas 1 menjadi Dukuh Atas

- Bank Indonesia menjadi Kebon Sirih

- Monas menjadi Monumen Nasional

- Olimo menjadi Taman Sari

- Kali Besar Barat menjadi Kali Besar

- Museum Fatahillah menjadi Museum Sejarah Jakarta

Koridor 2:

- Pulogadung 1 menjadi Pulo Gadung

- ASMI menjadi Perintis Kemerdekaan

- Cempaka Timur menjadi Cempaka Mas

- RS Islam menjadi Sumur Batu

- Cempaka Tengah menjadi Cempaka Baru

- Ps. Cempaka Putih menjadi Pasar Cempaka Putih

- Senen menjadi Pasar Senen

- Atrium menjadi Senen Raya

- Deplu menjadi Pejambon

- Gambir 1 menjadi Gambir

- Monas menjadi Monumen Nasional

Koridor 3:

- Dispenda Samsat Barat menjadi Pulo Nangka

- Indosiar menjadi Damai

- Grogol 1 menjadi Grogol

- RS Sumber Waras menjadi Roxy

- Monas menjadi Monumen Nasional

Koridor 4:

- Pulogadung 2 menjadi Pulo Gadung

- Ps. Pulogadung menjadi Pasar Pulo Gadung

- Tu Gas menjadi Pemuda Merdeka

- Sunan Giri menjadi Kayu Jati

- UNJ menjadi Rawamangun

- Pramuka BPKP menjadi Simpang Pramuka

- Pramuka LIA menjadi Pramuka Sari

- Matraman 2 menjadi Flyover Pramuka

- Dukuh Atas 2 menjadi Galunggung

Koridor 5:

- Gunung Sahari Mangga Dua menjadi Gunung Sahari

- Budi Utomo menjadi Lapangan Banteng

- Salemba UI menjadi Salemba

- Salemba Carolus menjadi Paseban

- Matraman 1 menjadi Matraman

- Slamet Riyadi menjadi Kesatrian

- Pasar Jatinegara menjadi Bali Mester

- Jatinegara RS Premier menjadi Jatinegara

Koridor 6:

- Departemen Pertanian menjadi Simpang Ragunan

- SMKN 57 menjadi Jati Barat

- Imigrasi menjadi Warung Buncit

- Kuningan Timur menjadi Underpass Kuningan

- Departemen Kesehatan menjadi Kuningan

- GOR Soemantri menjadi Rasuna Said

- Setiabudi Utara menjadi Setiabudi

- Latuharhary menajdi Flyover Kuningan

- Dukuh Atas 2 menjadi Galunggung