Bagikan:

JAKARTA - Polisi mengembangkan penanganan kasus pembobolan ATM Bank DKI yang kerugiannya mencapai puluhan miliar. Berdasarkan pemeriksaan pihak manajemen, ada dugaan kesalahan sistem yang mengakibatkan bank tersebut bobol.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, manajemen bank DKI masih melakukan verifikasi atas hal itu, meski mereka sempat mengelak terjadi kesalahan pada sistem keamanannya.

"Mereka masih memverifikasi kira-kira kesalahan apa yang terjadi dalam sistem," kata Yusri di Jakarta, Jumat, 22 November.

Dugaan kesalahan sistem ini karena adanya pengakuan dari pelaku pembobolan tersebut. Mereka mengatakan, ketika menarik uang dengan nominal beberapa pun, jumlah saldo pada tabungan hanya berkurang sebanyak Rp4.000. Itu sebabnya, mereka melakukan penarikan berulang-ulang.  Dari situ, informasi tersebut tersebar dan memunculkan pelaku lainnya. 

Konferensi Pers perkembangan kasus pembobolan Bank DKI (Rizky Adytia Pramana/VOI)

Meski begitu, polisi belum sampai pada kesimpulan ada dugaan keterkaitan orang dalam dalam pembobolan ini. "Semuanya masih diperiksa. Didalami semua, baik orang Bank DKI atau saksi-saksi," kata Yusri.

Selama penyelidikan yang sedang berjalan ini, tersangka yang ditetapkan bertambah 29 orang. Tadinya, pelaku berjumlah 12 orang dari anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), kini menjadi 41 orang. Dari puluhan orang itu, baru 25 orang yang dipanggil untuk diperiksa.

Dengan bertambahnya jumlah terduga pelaku, secara otomatis kerugian Bank DKI pun meningkat. Tercatat, kerugian saat ini mencapai angka Rp 50 miliar. 

"Hasil audit yang ada dikatakan bahwa hampir sekitar Rp 50 miliar (kerugian)," pungkas Yusri.