JAKARTA - Polisi dan militer Ekuador berupaya memulihkan ketertiban di penjara-penjara pada Hari Minggu, setelah pembebasan para staf yang sempat ditahan oleh narapidana, di tengah kerusuhan yang terjadi di negara itu.
Gambar-gambar di media sosial yang dibagikan oleh angkatan bersenjata Ekuador menunjukkan, para tahanan bertelanjang dada berlutut dengan tangan di atas kepala, ketika tentara bersenjata memasuki tujuh penjara yang menjadi tempat terjadinya krisis penyanderaan yang berakhir pada Sabtu malam.
Pasukan keamanan melakukan pencarian dan mendapatkan kembali kendali atas penjara-penjara tersebut, kata pihak militer.
"Polisi nasional menghormati hak asasi manusia dari orang-orang ini. Kami melakukannya dengan cara yang sangat tenang," kata Norman Cano, kepala polisi di Penjara Esmeraldas di media sosial, melansir Reuters 15 Januari.
Para sandera, yang sebelumnya dikatakan oleh lembaga penjara SNAI terdiri dari 158 penjaga dan 20 staf administrasi, dibebaskan setelah sebelumnya ditahan sejak Senin lalu di setidaknya tujuh penjara.
Badan penjara, SNAI, tidak merinci berapa banyak orang yang telah dibebaskan namun mengatakan mereka sedang menjalani evaluasi medis dan akan menyelidiki siapa yang bertanggung jawab atas penangkapan mereka, dikutip dari CNN.
Presiden Ekuador Daniel Noboa menyambut baik berita tersebut dan mengucapkan selamat kepada SNAI, angkatan bersenjata dan kepolisian nasional atas pembebasan mereka.
Penyanderaan di penjara-penjara Ekuador terjadi di tengah gelombang kekerasan yang melanda negara itu, termasuk ledakan dan penculikan polisi.
Pemicu bentrokan terbaru adalah kaburnya pemimpin geng terkenal, Adolfo “Fito” Macías, dari penjara di Kota Guayaquil baru-baru ini.
Fito adalah pemimpin Los Choneros, salah satu geng yang paling ditakuti di Ekuador, terkait dengan perdagangan narkoba maritim ke Meksiko dan Amerika Serikat, yang juga bekerja dengan kartel Sinaloa Meksiko dan Front Oliver Sinisterra di Kolombia, menurut pihak berwenang.
Dia dijatuhi hukuman 34 tahun penjara pada tahun 2011 karena kejahatan, termasuk perdagangan narkoba dan pembunuhan.
BACA JUGA:
Peningkatan kekerasan dimulai setelah Presiden Noboa mengumumkan keadaan darurat menyusul kaburnya Fito, dikutip dari Al Jazeera.
Setidaknya 19 orang tewas dalam kekerasan tersebut, termasuk warga sipil, penjaga penjara dan polisi dalam seminggu terakhir, menurut otoritas SNAI.
Diketahui, pencarian Fito terus berlanjut. Lebih dari 3.000 petugas polisi dan anggota angkatan bersenjata telah dikerahkan untuk menemukannya. Di sisi lain, pihak berwenang belum menentukan waktu dan tanggal pasti dia melarikan diri dari penjara.