Bagikan:

BABEL - BPBD menyebut konflik antara masyarakat dengan buaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mengalami peningkatan sebagai dampak kerusakan lingkungan dan semakin berkurangnya habitat hewan reptil tersebut.

"Dalam dua tahun terakhir kasus konflik antara orang dengan buaya meningkat," kata Kepala BPBD Provinsi Kepulauan Babel Mikron Antariksa di Pangkalpinang, Babel, Kamis 11 Januari, disitat Antara.

Ia mengatakan, konflik antara orang dengan buaya banyak terjadi di daerah-daerah rawan banjir selama musim hujan. Pada saat itu buaya sering masuk ke permukiman dan bahkan menyerang warga.

"Kami memang tidak mendata kasus konflik warga dengan buaya karena tidak termasuk dalam kebencanaan alam melainkan konflik akibat kerusakan lingkungan. Namun demikian kami terus mendapatkan laporan atas kejadian-kejadian serangan buaya yang meningkat dari tahun ke tahun," ujarnya.

Ia menyebut contoh kasus serangan terhadap nelayan yang sedang menjaring ikan di sungai beberapa waktu, di mana tangan kanan korban harus diamputasi akibat gigitan buaya.

"Kemarin juga ada buaya masuk kolong rumah warga di Pangkalbalam. Hal-hal seperti ini harus diwaspadai serta disikapi bersama-sama secara bijak," katanya.

Ia menyatakan, dalam mewaspadai serangan buaya BPBD telah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA, serta dengan pengembang-pengembang perumahan di daerah ini.

"Saat ini rawa-rawa tempat tinggal buaya sudah banyak yang menjadi kawasan perumahan, sehingga habitatnya semakin terdesak dan akhirnya hewan ini masuk ke permukiman dan menyerang warga," pungkasnya.