Bagikan:

JAKARTA - Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNFIL) menyuarakan keprihatinan mendalam atas kemungkinan peningkatan permusuhan setelah pembunuhan wakil kepala biro politik Hamas, Saleh al-Arouri, di Ibu Kota Beirut pada Selasa malam (2/1).

"Eskalasi ini dapat menyebabkan banyak kehancuran bagi orang-orang di kedua sisi Garis Biru," kata Wakil Juru Bicara UNFIL Kandice Ardiel kepada kantor berita resmi Lebanon NNA dilansir ANTARA, Rabu, 3 Januari.

Garis Biru adalah tembok beton yang didirikan oleh PBB pada 2000 dengan tujuan untuk mengonfirmasi penarikan pasukan Israel dari selatan Lebanon.

“Kami terus mendesak semua pihak untuk berhenti melakukan penembakan, dan kami juga mengimbau kepada semua pihak yang berpengaruh untuk mendorong tindakan menahan diri,” ujar dia.

Arouri tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel di Beirut selatan, menurut media Hamas dan Lebanon. Israel belum secara resmi mengaku bertanggung jawab.

Di tengah kekhawatiran akan eskalasi, bentrokan perbatasan antara pasukan Israel dan kelompok Hizbullah terus berlanjut sejak perang Israel dengan Hamas di Gaza pada 7 Oktober 2023.