Tanggapi Ledakan Smelter di Morowali, Anies: Audit Keselamatan Kerjanya
Anies Baswedan saat mengunjungi Pantai Cimpago, Padang Sumbar belum lama ini. (Instagram @aniesbaswedan)

Bagikan:

JAKARTA - Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan menanggapi insiden ledakan hebat di smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Minggu 24 Desember.

Menurut Anies, hal utama yang harus dilakukan pemerintah adalah mengaudit keselamatan kerja PT ITSS. Kemudian, memastikan para pekerja yang menjadi korban mendapat kompensasi.

"Kalau menurut saya nih, audit. Keselamatan kerjanya diaudit, jaminan kerjanya diaudit. Kemudian, memastikan bahwa benefit yang diberikan kepada para pekerja itu diterima dengan adil," kata Anies kepada wartawan di Pontianak, Selasa, 26 Desember.

Anies berpandangan, kecelakaan kerja bisa terjadi karena perusahaan tak memiliki antisipasi kecelakaan dan tak memprioritaskan keselamatan para pekerjanya.

"Bila ini terjadi karena ada perencanaan yang meleset, bila tidak ada hitungan faktor resiko, maka yang bertanggung jawab harus mendapatkan hukuman yang setara," urai Anies.

"Kadang-kadang banyak yang mencoba memikirkan, yang penting keuntungan yang meningkat daripada memikirkan keselamatan kerja, dan itu yang harus diubah," lanjutnya.

Ledakan tungku smelter milik PT ITSS di kawasan industri Kabupaten Morowali pada Minggu (24/12) menyebabkan 13 orang meninggal dunia, terdiri atas 4 tenaga kerja asing (TKA) asal China dan 9 tenaga kerja Indonesia (TKI), sementara 39 orang yang mengalami luka-luka atas peristiwa tersebut telah mendapat perawatan intensif.

Selain itu, sebanyak 29 korban mengalami luka berat, 12 korban mengalami luka sedang, serta lima korban mengalami luka ringan.

Kepala Divisi Media Relations Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Dedy Kurniawan mengatakan manajemen PT IMIP telah menanggung seluruh biaya perawatan dan perawatan korban pasca kecelakaan, serta santunan bagi keluarga korban.

Menurut Dedy, tungku smelter No. 41 di lantai 2 yang terbakar, awalnya masih ditutup untuk operasi pemeliharaan.

Saat tungku tersebut sedang tidak beroperasi dan dalam proses perbaikan, terdapat sisa slag atau terak dalam tungku yang keluar, lalu bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar di lokasi.

Dinding tungku lalu runtuh dan sisa terak besi mengalir keluar sehingga menyebabkan kebakaran. Akibatnya, pekerja yang berada di lokasi mengalami luka-luka hingga korban jiwa.