Bagikan:

JAKARTA - Jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 6,2 skala Richter yang mengguncang Provinsi Gansu pada Senin tengah malam bertambah jadi 137 orang, sementara ratusan lainnya luka-luka dan belasan lagi masih hilang hingga Hari Kamis.

Media Tiongkok melaporkan, pencarian dan penyelamatan di Gansu berakhir pada pukul 3 sore pada Hari Selasa, sekitar 15 jam setelah bencana melanda daerah terpencil dan pegunungan dekat perbatasan yang melintasi Provinsi Gansu dan Qinghai. Belum jelas apakah pencarian di Qinghai masih berlanjut.

Di Gansu, 115 orang ditemukan tewas pada Rabu pukul 09.00 dan 784 orang terluka, kata pihak berwenang. Otoritas Gansu belum melaporkan adanya orang hilang.

Sementara di Qinghai, mencatat jumlah korban tewas meningkat menjadi 22 orang dengan 198 orang terluka dan 12 orang hilang pada pukul 20:56 waktu setempat Hari Rabu.

Lebih dari 207.000 rumah hancur dan hampir 15.000 rumah runtuh di Gansu, berdampak pada lebih dari 145.000 orang.

Di media sosial, warga net penasaran dengan upaya pencarian dan penyelamatan yang dilakukan di Gansu, dengan waktu pencarian yang biasanya 72 jam pascabencana dipersingkat diperkirakan lantaran suhu yang berada di bawah titik beku.

Orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan yang terkena suhu -10° Celcius (14°F) dalam waktu lama, berisiko mengalami hipotermia cepat dan mungkin hanya dapat hidup selama lima hingga 10 jam bahkan jika tidak terluka, media lokal melaporkan, mengutip para peneliti.

"Mereka pasti sudah tewas saat ditemukan, bahkan 24 jam saja sudah terlalu lama. Suhu di luar ruangan berada di bawah minus 10 derajat Celcius," komentar seorang pengguna Weibo, melansir Reuters 21 Desember.

Beberapa pengguna di Weibo mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti area pencarian yang tidak terlalu luas, dan semua orang telah diketahui, sehingga upaya penyelamatan berakhir dalam waktu kurang dari sehari.

Sementara itu, para penyintas menghadapi ketidakpastian di bulan-bulan musim dingin mendatang, tanpa tempat berlindung permanen di tengah suhu yang sangat dingin.

Di Desa Sibuzi di Gansu, penduduk setempat khawatir akan musim dingin yang membekukan.

"Banyak orang mengungsi dari rumah mereka, beberapa tanpa kaus kaki, berlari tanpa alas kaki. Udara sangat dingin saat berdiri di tanah," kata Zhou Habai, seorang wanita etnis Hui.

Perempuan berusia 24 tahun tersebut, yang kini tinggal di tenda darurat setelah rumahnya hancur, mengatakan beberapa penduduk desa telah mengumpulkan dan membakar kayu bakar agar tetap hangat.

Sekitar 60 persen dari mereka yang selamat belum menerima tenda, kata Ye Zhiying, 63 tahun, dari desa yang sama, kepada Reuters.

Dia mengatakan para pejabat Partai Komunis telah memberi tahu mereka, desa tersebut akan membagikan tenda pada Kamis siang dan akan didirikan dalam waktu kurang dari seminggu.

"Apakah semua orang bisa tertampung atau tidak, kami tidak tahu," kata warga Desa Hui.