Bagikan:

KUNINGAN - Seorang ayah di Desa Sakerta Timur, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat tega menggergaji jari tangan putri kandungnya hingga nyaris putus.

Korban bernama AZ, yang masih duduk di bangku Kelas 5 SD itu, harus menahan rasa sakit setelah jari telunjuk kirinya digergaji oleh ayahnya yang bernama Triwanto.

Selain digergaji, AZ mengaku sering mendapat tindakan kekerasan dari sang ayah. AZ mendapatkan kekerasan dari sang ayah, diduga karena mengambil uang milik tetangganya untuk membeli buku.

Kasat Reskrim Polres Kuningan, AKP I Putu Ika Prabawa membenarkan peristiwa tersebut. Menurutnya berdasarkan pengakuan pelaku, ia emosi terhadap anak kandungnya sendiri.

"Dia emosi sama anaknya sendiri yang melakukan tindakan tercela mengambil uang tetangganya, saat emosi dia melakukan kekerasan ke kepala dan tangannya menggunakan gergaji," Selasa 19 Desember.

Putu mengatakan, luka di tangan korban hanya mengalami luka robek, akibat terkena gergaji. "Untuk luka di tangannya tidak sampai putus hanya luka robek," katanya.

Saat ini petugas kepolisian Polres Kuningan telah mengamankan pelaku dan masih melakukan pemeriksaan untuk penyelidikan lebih lanjut.

Menurut Ibu kandung korban, Fitri Mulyani, Triwanto sering melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Fitri juga mengaku, pernah menerima tindak kekerasan suaminya.

Fitri mengatakan, AZ memang mengambil uang milik tetangganya, tetapi tetangganya sudah memaafkan dan meminta untuk tidak diberikan hukuman.

"Kalau yang kemarin anak mengambil uang Teh Mia, tetangganya sudah bilang jangan dipukulin anaknya, kasihan, dia ambil uang Rp 300.000 buat dibeliin buku," katanya.

Namun, emosi Triwanto tak terbendung, AZ dipukuli hingga dibanting sebelum digergaji jari tangannya. "Tangannya digergaji di dalam rumah, aku liatin jari-jari tangannya. Sebelumnya sempat dipukulin, ditonjokin, ditendangin, sama dibanting," jelasnya.

Triwanto sering melakukan KDRT di rumahnya, namun Fitri enggan melaporkan tindakan tersebut, karena merasa takut.

"Kejadian ini sering, sebelumnya saya enggak lapor karena takut dianiaya. Saya enggak tahu suami punya kelainan, dari awal nikah sudah seperti itu. Saya bertahan demi anak. Bapaknya diam di rumah (pengangguran) kalau saya pemulung rongsokan keliling," ucapnya.