SEMARANG - Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mengajak semua pihak untuk berperan aktif menyosialisasikan program penyebaran nyamuk Aedes aegypti yang telah disuntikkan bakteri Wolbachia sebagai salah satu upaya mencegah penyakit demam berdarah dengue (DBD).
“Keberhasilan program ini sangat dipengaruhi oleh keterlibatan masyarakat, serta komitmen semua pihak, termasuk dalam menghadapi tantangan ketidakpercayaan masyarakat mengenai nyamuk Wolbachia,” kata Kepala Dinkes Jateng Yunita Dyah Suminar dilansir ANTARA, Sabtu, 2 Desember.
Ia mengungkapkan, salah satu tantangan yang dihadapi dalam keberhasilan penyebaran nyamuk ber-Wolbachia ini adanya hoaks yang dapat menimbulkan persepsi yang salah di masyarakat. Menurut dia, masyarakat mungkin akan menolak karena belum memiliki pengetahuan mengenai program ini.
“Oleh karena itu, kami berharap baik SKPD maupun organisasi publik, dari HAKLI, IDI, maupun PKK, untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat, demi keberhasilan program, dan kasus DBD dapat terkendali,” ujarnya.
Kota Semarang, Jawa Tengah, terpilih sebagai salah satu dari lima kabupaten/kota yang menjadi proyek percontohan Penyelenggaraan Teknologi Nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia.
BACA JUGA:
Penetapan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1341/2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue dengan Metode Wolbachia.
Pemkot Semarang telah meluncurkan Program Wolbachia Ing Kota (Wingko) Semarang pada akhir Mei lalu di Kecamatan Tembalang yang memiliki kontur padat penduduk, banyak pepohonan, dan genangan air.
Pada September lalu, 12 kelurahan di Kecamatan Tembalang telah tersebar nyamuk Wolbachia, menyusul di 11 kelurahan di Kecamatan Banyumanik pada 23 Oktober lalu, dan di 16 kelurahan di Kecamatan Gunungpati pada 21 November 2023.
Dengan keberhasilan di tiga kecamatan itu, Dinkes Kota Semarang menargetkan penyebaran nyamuk ber-Wolbachia sudah menyasar seluruh wilayah di Ibu Kota Jawa Tengah pada tahun depan.*