Pak Jokowi, Kenapa Harus Ada Rumah Sakit Baru Khusus Corona?
Presiden Joko Widodo (Foto: Twitter @jokowi)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo bakal menyulap sebuah bangunan untuk menjadi rumah sakit khusus menular di Pulau Galang, Batam. Secara khusus, rumah sakit ini akan diperuntukkan bagi pasien virus corona atau COVID-19. 

Jokowi menyebut, bangunan yang bakal digunakan sudah ada, cukup dipoles sedikit dan ditambahkan fasilitas kesehatan. Jadi, kata dia, persiapan tersebut tak akan membutuhkan waktu yang lama karena tak perlu membangun rumah sakit baru. 

"Kita ingin ada kecepatan. Saya ingin ada fasilitas yang memang betul-betul siap setiap saat. Meskipun saya harus sampaikan, setiap daerah ada 132 RS yang siap dengan fasilitas isolasi, tapi kita juga perlu seperti yang di Pulau Sebaru dan Pulau Galang untuk persiapan," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa, 3 Maret. 

Menambahkan, Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia bilang, rumah sakit yang akan disediakan di Pulau Galang bisa melengkapi tempat rehabilitasi yang sebelumnya sudah ada di Pulau Sebaru dan Natuna.

"Rencananya, penempatan para pasien ini untuk WNI yang telah melakukan perjalanan keluar negeri dan terdeteksi memiliki gejala coronavirus, sehingga mampu mencegah mewabahnya virus terhadap masyarakat umum," ujar Angkie saat dikonfirmasi VOI

Angkie menambahkan, sudah ada lebih dari seratus rumah sakit yang disiagakan untuk menangani pasien yang menunjukkan gejala virus corona. Ditambah, terdapat tiga rumah sakit rujukan nasional untuk pasien tersebut, yakni RSPI Sulianti Saroso, RSPAD Gatot Subroto, dan RS Persahabatan. 

Namun, kata dia, hal tersebut tidaklah cukup. Penempatan pasien yang terisolasi dan dikarantina karena diduga terinfeksi corona harus dibedakan. Apalagi, penyakit ini sudah tersebar hampir di seluruh dunia. 

"Mereka memiliki kebutuhan medis yang berbeda, terlebih radius penanganan ini harus steril dari jangkauan masyrakat umum," jelas Angkie. 

Rencana penyediaan rumah sakit khusus penanganan pasien corona dipertanyakan oleh pengamat Kebijakan publik, Agus Pambagio. Pemerintah, kata Agus, terkesan kelabakan menghadapi virus ini. 

Agus melihat ada kepanikan dari pemerintah karena adanya WNI yang positif terinfeksi corona. Padahal, menurut dia, proses pemindahan WNI yang diduga terindikasi corona tak bisa dilakukan asal sembarang. 

"Kenapa enggak dari awal biar penangananya optimal, emang pengadaan fasilitas rumah sakit itu sebentar Kalau di Batam, orang sakit dibawa ke sana menggunakan apa? Peralatannya gimana? Apakah sterilisasinya terjamin?" kata Agus saat dihubungi VOI. 

Agus menganggap, penyediaan rumah sakit khusus corona ini juga berlebihan. Karena, kata dia, virus corona dalam beberapa bulan juga akan mereda. Terlebih, pasien yang positif corona sudah ditangani di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso. 

"Rumah sakit yang ada saja, itu dilengkapi dengan fasilitas penyembuhan yang mumpuni dan peningkatan agar ruang isolasinya tidak menyebar," tutur Agus. 

Diberitakan sebelumnya, dua WNI dinyatakan terjangkit virus COVID-19 setelah melakukan kontak dengan seorang warga negara Jepang. Temuan tersebut merupakan kasus pertama di wilayah Indonesia, yang selama ini pemerintah mengaku belum ada penyebaran virus. 

Dua orang ini mempunyai hubungan keluarga sebagai ibu dan anak. Setelah dinyatakan positif terjangkit COVID-19, keduanya kini dirawat di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta untuk diisolasi sesuai dengan aturan yang ada.