Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah akan segera membuat rumah sakit khusus untuk pengidap virus corona atau COVID-19 di Pulau Galang, Batam.

Juru bicara penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengatakan, pemerintah tak akan membangun rumah sakit darurat seperti yang ada di Kota Wuhan, China. Menurut dia, rumah sakit khusus corona ini akan menggunakan aset negara yang dulunya dibangun oleh The United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) untuk menampung pengungsi dari Vietnam.

"Di Pulau Galang itu dulu adalah bekas untuk menampung manusia perahu, pengungsi dari Vietnam di zaman-zaman dulu. ... Itu adalah aset kita," kata Yuri di Kantor Kemenkes, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu, 4 Maret.

Dia menjelaskan, di areal pulau tersebut masih terdapat bangunan yang dulunya dipakai menampung para pengungsi. Selain itu, di Pulau Galang ini juga masih ada sisa bangunan rumah sakit. Kata Yuri, seluruh bangunan memang dalam kondisi tidak terawat dan ada juga bangunan yang atapnya hilang sehingga perlu waktu untuk penataan ulang.

Adapun alasan pembangunan rumah sakit itu perlu dibangun adalah jika ada skenario lockdown di negara lain seperti beberapa waktu lalu di Kota Wuhan, China. Saat itu, pemerintah diketahui memulang 238 orang dari kota tersebut. Sehingga, jika skenario semacam itu terjadi lagi maka pemerintah tak lagi bingung di mana orang-orang yang dipulangkan ini akan dikarantina.

"Ini skenarionya artinya belum terjadi, kita baru mulai milih-milih tempat kalau seandainya di beberapa negara melakukan lockdown," tegasnya.

Sementara itu, pemerintah juga terus melakukan pemetaan untuk pembangunan rumah sakit tersebut. Sebab pada Rabu, 4 Maret kemarin, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto bersama Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Kepala BNPB Doni Monardo, Wakil Kepala BIN Teddy Laksamana mendatangi pulau tersebut.

Saat berkunjung rombongan ini memantau beberapa fasilitas yang masih ada di pulau seperti barak pengungsian, Rumah Sakit PMI 1 dan 2, serta pos brimob.

Untuk diketahui, kamp pengungsian warga Vietnam ini dibangun sejak tahun 1979 dan mulai ditempati para pengungsi hingga tahun 1996 setelah mereka kembali ke negara asalnya atau mendapat suaka dari negara lain. Saat itu ada sekitar 250 ribu orang yang hidup di pulau tersebut.

Wacana mendirikan rumah sakit khusus ini sebenarnya terjadi sebelum COVID-19 masuk ke Indonesia. Beberapa waktu lalu, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto bersama otoritas lainnya melaksanakan rapat di Kantor Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD.

Setelah rapat itu, Terawan mengatakan pembangunan rumah sakit itu perlu karena belajar dari penolakan warga Natuna yang melakukan penolakan saat wilayah mereka dijadikan tempat observasi bagi ratusan warga Indonesia yang baru dipulangkan dari Wuhan pascapenyebaran COVID-19 di kota tersebut.

Sedangkan Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh lokasi yang akan dijadikan rumah sakit, yaitu dekat pangkalan militer dan fasilitasnya sudah ada.

Belakangan, Presiden Joko Widodo menyatakan akan menjadikan sebuah bangunan di sana untuk rumah sakit khusus menular di Pulau Galang, Batam. Secara khusus, rumah sakit ini diperuntukkan bagi pasien virus corona atau COVID-19. 

Jokowi menyebut, bangunan yang bakal digunakan sudah ada, cukup dipoles sedikit dan ditambahkan fasilitas kesehatan. Jadi, kata dia, persiapan tersebut tak akan membutuhkan waktu yang lama karena tak perlu membangun rumah sakit baru. 

"Kita ingin ada kecepatan. Saya ingin ada fasilitas yang memang betul-betul siap setiap saat. Meskipun saya harus sampaikan, setiap daerah ada 132 RS yang siap dengan fasilitas isolasi, tapi kita juga perlu seperti yang di Pulau Sebaru dan Pulau Galang untuk persiapan," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa, 3 Maret.