JEMBER - Sejumlah pakar pertanian baik dalam negeri maupun luar negeri memaparkan konsep pertanian industrial secara komprehensif dalam kegiatan konferensi internasional di Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, pada 24-25 November 2023.
Kegiatan itu digelar oleh Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) berkolaborasi dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) dan Fakultas Pertanian (Faperta) Unej menggelar kegiatan 8th International Conference of Food, Agriculture and Natural Resources (IC-FANRes) sekaligus 2nd International Conference of Suistanable Industrial Agriculture (IC-SIA).
"Perubahan iklim juga mengancam jiwa petani Australia, padahal sektor pertanian termasuk di dalamnya sektor peternakan menjadi andalan pemasukan bagi negara kami," kata peneliti dari Deakin University Australia Prof. Susan Brumby secara daring di Jember, Sabtu.
Menurutnya bencana kekeringan disertai kebakaran lahan adalah bencana nomor satu di Australia, sehingga pemerintah setempat memberikan perhatian khusus kepada petani melalui beragam cara termasuk adanya program perlindungan bagi petani dibarengi pendirian lembaga National Centre for Farmer Health.
Peneliti Deakin University itu tampil bersama Prof. Shinjiro Ogita dari Prefectural University of Hiroshima Jepang yang membahas riset terkini di bidang pertanian selular, sedangkan pembicara kedua adalah Prof. Kim Tae Hwan dari Hankyong National University Korea Selatan yang memaparkan riset tentang kandungan nitrogen dalam usaha memaksimalkan pertumbuhan tanaman.
BACA JUGA:
Sementara pakar pertanian Yosuhiro Mori dari Rokuno Gakuen University Jepang memaparkan pengalaman Jepang dalam mengatasi permasalahan pertanian, khususnya di Pulau Hokaido.
"Jepang berusaha memaksimalkan beragam aplikasi kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk bidang pertanian di antaranya pemanfaatan GIS dan penginderaan jarak jauh yang digunakan untuk mengumpulkan beragam data dari mulai kesuburan tanah, kondisi tanah, cuaca hingga penjadwalan masa tanam," katanya.
Dengan pemanfaatan GIS serta penginderaan jarak jauh maka petani mendapatkan beragam data yang nantinya diolah dan hasilnya menjadi rujukan bagi petani untuk memutuskan akan menanam komoditas apa lengkap beserta langkah apa saja yang harus dilakukan.
"Sehingga masalah sumber daya manusia bisa ditanggulangi, termasuk memanfaatkan internet of things seperti traktor tanpa pengemudi dan lainnya," katanya.
Sementara Rektor Unej Iwan Taruna mengatakan dunia pertanian beserta sub sektornya seperti perkebunan, peternakan dan lainnya mendapatkan tantangan besar dengan adanya perubahan iklim, serta bertambahnya penduduk dunia dan alih lahan.
"Di sisi lain muncul harapan dan peluang dengan makin majunya teknologi, termasuk kecanggihan TIK. Maka usaha memajukan pertanian industrial sudah melibatkan lintas disiplin ilmu, sehingga diharapkan konferensi internasional itu memberikan manfaat nyata," katanya.