JEMBER - Rektor Universitas Jember Iwan Taruna dan Ketua Senat Unej Andang Subharianto mengukuhkan Prof. Bayu Taruna sebagai guru besar termuda di Unej bersama dua guru besar lainnya.
Guru Besar Ilmu Pertanian Presisi di Fakultas Teknologi Pertanian Prof. Bayu Taruna mencatat rekor sebagai guru besar termuda di Unej yang meraih gelar profesor di usia 38 tahun dan 1 bulan.
"Selamat atas jabatan guru besar, jabatan tertinggi bagi dosen namun bukan berarti akhir dari karir karena justru menjadi amanah yang diharapkan memicu karya-karya baru yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat," kata Rektor Unej Iwan Taruna dilansir ANTARA, Sabtu, 18 Maret.
Selain Bayu Taruna, dua guru besar lainnya yang dikukuhkan yakni Prof. Ida Bagus Suryaningrat (53) yang merupakan guru besar di bidang Ilmu Agroindustri di Fakultas Teknologi Pertanian dan Prof. Ns. Tantut Susanto (43) yang merupakan Guru Besar bidang Ilmu Keperawatan Komunitas pertama di Fakultas Keperawatan Unej.
"Tambahan guru besar itu akan memantapkan langkah Unej dalam mengembangkan diri, maju, berprestasi dan mandiri. Apalagi masih berusia muda, sehingga masa bhaktinya masih panjang," tuturnya.
Ia mengatakan pihaknya terus mendorong para dosen untuk mendapatkan jabatan fungsional tertinggi dengan cara-cara yang sesuai dengan norma dan indikator akademik yang jelas yang mengacu kepada aturan yang sudah ditetapkan oleh Ditjen Dikti Kemendikbudristek di antaranya dengan hibah riset yang disalurkan melalui LP2M.
"Menjadi profesor artinya memiliki falsafah padi yang makin berisi makin merunduk, makin berilmu makin rendah hati. Para profesor baru terutama yang muda akan menjadi pemicu sesama kolega untuk segera meraih jabatan guru besar," katanya.
BACA JUGA:
Dengan tambahan dua orang profesor baru, maka Fakultas Teknologi Pertanian Unej kini memiliki enam guru besar, sedangkan bagi Fakultas Keperawatan merupakan kali pertama memiliki guru besar, sehingga totalnya Unej memiliki 57 guru besar aktif dan tengah memproses pengajuan 12 guru besar di Ditjen Dikti Kemendikbudristek.
Sementara Prof. Bayu Taruna dalam orasi ilmiahnya berjudul "Artificial Intellegence and IoT in Precision Agriculture" yang menjelaskan peranan kecanggihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seperti Artificial Intellegence (AI) dan Internet of Thing (IoT) guna mendukung pengembangan agroindustri.
"Indonesia kaya akan potensi alam, namun di lain sisi juga harus menghadapi ancaman makin berkurangnya lahan dan perubahan iklim yang berpotensi mengurangi produktivitas agroindustri, sehingga pertanian presisi berbasis kecanggihan TIK menjadi salah satu jawaban atas fenomena itu," katanya.