Bagikan:

JAKARTA - Polusi udara diam-diam menjadi salah satu penyebab tingginya angka stunting di Indonesia. Apalagi sebelumnya indeks kualitas udara (AQI) pada September 223 menunjukkan Indonesia menempati posisi ke-6 sebagai negara dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Dosen Fakultas Kedokteran UI, Frida Soesanti menjelaskan jika penelitian di negara maju menunjukkan ibu hamil terpapar polusi udara lebih rentan memiliki anak dengan kondisi stunting.

"Jadi kalau ibunya terpapar polusi maka anaknya akan ada berpotensi lahir dengan berat badan yang lebih rendah, lahir dengan prematur, lahir dengan panjang yang lebih pendek dan ini salah satu risiko terjadinya stunting," ujar Frida dalam diskusi Bicara Udara di Jakarta, Jumat 24 November.

Frida menambahkan, untuk Indonesia dengan kualitas udara yang semakin buruk, mengatasi stunting tidak hanya dengan solusi memberikan telur untuk anak-anak melainkan dengan memberantas polusi.

"Jadi kalau kita ngomong stunting bukan berarti program ngasih telur setiap hari. Tapi kalau ada polusi tidak ada gunanya. Jadi apa yang harus dilakukan? Memberantas polusi," imbuh Frida.

Selain yang telah dipaparkan di atas, Frida menyebut risiko ln yang akan dihadapi oleh ibu hamil adalah bayi yang lahir dari ibu hamil yang terpapar polusi adalah bayi gampang terkena infeksi saluran pernapasan, tekanan darah anak meningkat serta berisiko lebih tinggi mengalami hipertensi.

"Kalau berlanjut pada saat bayi risikonya ada lagi, risiko asma, risiko infeksi saluran nafas termasuk risiko mengalami gangguan perkembangan. salah satunya kalau di studi di luar negeri paparan terhadap polusi pada bayi dan anak meningkatkan resiko terjadinya autis," kata dia.

Pada beberapa penelitian di luar negeri, paparan polusi udara sejak dalam kandungan juga mempengaruhi tumbuh kembang anak dan saat mereka memasuki masa pubertas.

"Di US mereka sudah ada guide sendiri. Kemudian muncul hipertensi, obesitas juga gangguan pubertas," pungkas Frida.