Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Bali Menurun pada Januari 2020
Sthala Ubud Bali. (Foto: Traveloka)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Bali sebesar 59,29 persen pada Januari 2020. Angka itu menurun 3,26 persen dibandingkan dengan Desember 2019 yang mencapai 62,55 persen.

Berdasarkan data publikasi BPS Bali, yang dikutip Selasa 3 Maret, jumlah wisatawan mancanegara Provinsi Bali pada bulan Januari 2020 juga tercatat turun. Wisman menuju Bali turun 4,26 persen atau di angka 528.883 kunjungan, dibandingkan dengan catatan bulan Desember. Rinciannya wisman yang datang melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai sebanyak 526.823 kunjungan dan dari pelabuhan laut sebanyak 2.060 kunjungan.

Wisatawan asing paling banyak datang ke Bali berasal dari Tiongkok 21,09 persen, Australia 19,49 persen, India 5,63 persen, Rusia 4,82 persen, Korea Selatan 4,45 persen, Amerika Serikat 3,86 persen, Inggris 3,51 persen, Jepang 3,23 persen, Malaysia 2,77 persen, dan Singapura 2,16 persen.

Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang di Bali pada bulan Januari 2020 tercatat selama 2,82 hari, naik 0,07 persen, dibandingkan dengan rata-rata lama menginap tamu pada bulan Desember 2019 (month to month) yang tercatat selama 2,75 hari.

Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho mengatakan, sampai dengan Februari tingkat hunian kamar masih mengalami penurunan. Ia beranggapan bulan Januari adalah low season, dan belum bisa dibilang dampak dari COVID-19.

Meski demikian kata dia, dengan adanya COVID-19 yang sudah masuk ke Indonesia ini, sektor perekonomian daerah maupun nasional harus bersiaga untuk menghadapi berbagai kemungkinan. Pasalnya, virus membuat manusia membatasi pergerakannya yang tentunya akan membatasi bisnis di suatu wilayah.

Menurutnya, keterbatasan pergerakan manusia akan membuat segala transaksi di sektor bisnis manapun akan sangat mungkin terganggu. Ia pun sudah membayangkan Bali akan kehilangan 1,1 juta wisatawan akibat adanya COVID-19 ini, dan ini jelas akan berdampak pada ekonomi Pulau Dewata tersebut.