JAKARTA - Doctors Without Borders mengumumkan bahwa lebih dari 20.000 warga Palestina yang terluka masih berada di Jalur Gaza setelah gelombang pertama korban luka dan pasien pada Rabu (1/11) dipindahkan ke Mesir melalui penyeberangan Rafah.
Pernyataan lembaga tersebut mengatakan warga Palestina yang terluka memiliki akses terbatas untuk layanan kesehatan akibat pengepungan dan bombardemen yang terus dilakukan oleh pasukan Israel.
Doctors Without Borders menjelaskan sebanyak 22 pegawai mereka dapat meninggalkan Gaza.
“Mereka yang ingin meninggalkan Gaza harus diizinkan tanpa ditunda lagi dan tanpa mengurangi hak mereka untuk nantinya kembali ke Gaza," katanya dilansir ANTARA dari WAFA, Kamis, 2 November.
BACA JUGA:
Disebutkan pula mereka menyerukan “gencatan senjata segera”.
Doctors Without Borders mengatakan persediaan medis darurat dan pekerja kemanusiaan harus diizinkan masuk ke Gaza, di mana rumah sakit yang penuh sesak dan sistem kesehatan berisiko hancur total.