BATAM - TNI Angkatan Laut (AL) menyebutkan lima orang warga negara Indonesia yang dijemput di perairan perbatasan Indonesia- Malaysia diduga merupakan komplotan perompak.
Pasintel Lanal Tanjungbalai Karimun Kapten Laut Amir Mahmud, mengatakan pihaknya mengira kelima orang tersebut adalah nelayan sesuai laporan dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru sehingga pihaknya meminta Basarnas untuk melakukan penjemputan pada hari Senin (30/10).
"Namun setelah dilakukan penyelidikan serta berkoordinasi dengan Markas Besar TNI AL (Mabesal) ternyata mereka terindikasi sudah sering melakukan perompakan di Selat Malaka dan Selat Singapura," ujarnya di Batam dilansir ANTARA, Kamis, 2 November.
Setelah mendapatkan hasil dugaan tersebut, kata dia, pihaknya kembali menjemput orang-orang tersebut yang masih berada di Kabupaten Tanjungbalai Karimun. Namun dua dari lima orang tersebut berhasil melarikan diri saat hendak dijemput anggota.
Pihakna melakukan interogasi kepada ketiga orang tersebut dan didapatkan fakta mereka sudah melakukan kejahatan sejak tahun 2000 sampai 2023 atau sampai mereka ditemukan hanyut di Perairan Malaysia.
"Dari pengakuan, sepanjang tahun 2023 ini mereka sudah melakukan sebanyak 10 kali aksi perompakan. Lokasinya pindah-pindah, tapi masih di sekitaran Selat Malaka dan Selat Singapura," kata dia.
Amir menjelaskan dalam melakukan aksinya, komplotan tersebut menargetkan kapal-kapal yang sedang mengurangi kecepatan.
"Mereka mencari-cari informasi di aplikasi ship info, yang di sana terdapat berbagai informasi, seperti kecepatan kapal, tujuan, nama kapal, dan muatan kapal. Itu yang paling penting, muatan dari kapal tersebut," katanya.
Saat ini ketiga orang tersebut sudah dilakukan penahanan di Lanal Tanjungbalai Karimun.
Sedangkan yang melarikan diri, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Tim Intel Lantamal IV Batam dan Detasemen Intelijen Koarmada I untuk melakukan penyekatan di beberapa lokasi di Kepri.