KLHK Sebut Kebakaran Gunung Papandayan Telah Dilokalisir untuk Cegah Meluas
Karhutla yang terjadi di kawasan Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. (ANTARA/HO-Kementerian LHK)

Bagikan:

JABAR - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat (Jabar), telah dilokalisir tim pemadam agar tidak meluas ke areal lain.

"Kami mengirimkan beberapa perlengkapan dan peralatan untuk membantu pemadaman,” kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Thomas Nifinluri dalam keterangannya, Selasa 24 Oktober, disitat Antara.

Area terbakar masuk pada Blok Tegal Alun kawasan Gunung Papandayan wilayah Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut masuk kawasan BBKSDA Jawa Barat.

Kawasan yang terbakar tersebut sering digunakan untuk wisata pendakian dipenuhi rumput, ilalang, dan tanaman jenis paku kering yang membuatnya sangat mudah tersulut api.

Angin yang cukup kencang membuat kobaran api meluas dan menyebabkan kebakaran semakin tak terkendali. Selain itu, sumber air juga cukup jauh membuat kebakaran tidak bisa langsung dipadamkan dengan cepat.

Thomas mengingatkan, karhutla juga berpotensi terjadi di gunung-gunung lain di Indonesia. Para pendaki harus berhati-hati dengan api dan selalu memperhatikan peringatan maupun informasi cuaca yang diberikan oleh instansi setempat.

"Sebanyak 99 persen kejadian kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor manusia. Ada yang disengaja dan tidak sengaja seperti membuang puntung rokok, membuat api unggun yang tidak dijaga, dan faktor-faktor lain," ujarnya.

"Kondisi kering dan angin saat musim kemarau jika dipicu dengan api yang tidak terjaga akan sangat berpotensi menjadi karhutla," imbuh Thomas.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat mencatat luas lahan yang terbakar mencapai 100 hektare.

Kepala BBKSDA Jawa Barat Irawan Asaad mengatakan, tiga hal yang menjadi kendala pemadaman, yaitu vegetasi kering, angin, serta lokasi yang sulit dijangkau.

Vegetasi kering memang mudah tersulut api sehingga kebakaran mudah meluas. Di sisi lain, angin kencang tak hanya memudahkan api menjalar, tapi juga membuat api terus menyala sehingga kebakaran makin sulit untuk dipadamkan.

Akses ke lokasi kebakaran tergolong sulit. Area yang berbukit dan terjal membatasi gerak tim pemadam sehingga mereka kesulitan mengatasi kebakaran secara maksimal.

"Tim pemadam masih bisa naik motor sampai dengan Pos VII Papandayan, namun harus melanjutkan jalan kaki selama satu jam untuk menuju titik api. Lokasi itu menyulitkan mobilisasi pasukan dan peralatan pemadam,” kata Irawan.

Kebakaran hutan dan lahan tersebut memaksa pengelola kawasan wisata Gunung Papandayan untuk membatasi akses wisata menuju kawasan wisata Gunung Papandayan. Pembatasan pengunjung hanya sampai Pos III Gunung Papandayan untuk memudahkan proses pemadaman.