Bagikan:

LOMBOK - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Barat (NTB) masih menjadi area peringatan dini kekeringan meteorologis dampak musim kemarau 2023.

"Masyarakat NTB dihimbau agar dapat menggunakan air secara efektif dan efisien pada puncak kemarau ini," kata Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat Ni Made Adi dalam keterangan tertulisnya di Mataram, Sabtu.

Beberapa wilayah perlu menjadi perhatian yang merupakan wilayah peringatan dini yaitu level awas Kabupaten Dompu di Dompu, Huu. Kabupaten Bima di Kecamatan Belo, Donggo, Lambitu, Lambu, Langgudu, Sanggar, Sape, Soromandi dan Wawo.

"Kemudian di Kota Bima di Kecamatan Asakota, Raba), Kabupaten Lombok Timur di Kecamatan Jerowaru), Sumbawa di Kecamatan Lape, Moyo Utara, Plampang dan Rhee," katanya dilansir dari Antara.

Sedangkan untuk level siaga di Kabupaten Dompu di Kecamatan Kilo, Pekat, Woja. Kabupaten Bima di Kecamatan Bolo, Madapangga, Palibelo, Tambora. Kota Bima di Rasanae Timur, Sumbawa di Kecamatan Buer, Empang, Labuhan Badas, Utan.

"Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau," katanya.

Hasil Monitoring ENSO terakhir menunjukkan indeks ENSO (+1.57), sedangkan IOD sebesar (+2.15). Kondisi IOD positif diprediksi bertahan hingga akhir 2023. Sedangkan El Nino moderat diprediksi terus bertahan hingga Februari 2024.

Aliran massa udara di wilayah Indonesia masih didominasi oleh angin timuran. Aliran massa udara diprediksi masih didominasi oleh angin timuran dengan kecepatan yang melemah. Suhu muka laut di wilayah Indonesia umumnya menunjukkan kondisi lebih dingin.

Anomali SST Perairan Indonesia secara umum diprediksi akan didominasi oleh kondisi dingin di bagian barat Indonesia dan hangat di wilayah Laut Natuna Utara dan Laut Jawa, dengan kisaran nilai –2.0 hingga +1.0 derajat celsius. Kemudian kondisi hangat tersebut tetap meluas pada Desember 2023 hingga April 2024.

"Analisis MJO menunjukkan MJO tidak aktif di wilayah Indonesia, diprediksi tetap tidak aktif hingga awal dasarian I November 2023, MJO berkaitan dengan aktivitas konveksi/potensi awan hujan di wilayah Indonesia," katanya.