JAKARTA - Militer Israel (IDF) mengakui ratusan anggotanya tewas sejak bentrokan bersenjata dengan Hamas pecah, sementara ratusan warga negara itu dikatakan disandera di Jalur Gaza.
Juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, militer sejauh ini telah memberi tahu keluarga 203 sandera bahwa orang yang mereka cintai ditahan di Jalur Gaza, seperti melansir The Times of Israel 19 Oktober.
Selain itu ia juga menambahkan, sekitar 306 militer Israel tewas sejak serangan yang dilakukan oleh militan Hamas 7 Oktober lalu, dikutip dari ABC News.
Kendati demikian, Laksda Hagari mengatakan jumlah tersebut belum final, lantaran IDF terus menyelidiki informasi baru mengenai jumlah warga yang hilang sejak serangan Hamas.
Lebih jauh Hagari menerangkan, dalam beberapa kasus pihak keluarga diberitahu, jika militer sangat yakin anggota keluarga mereka ditahan di Gaza.
Di sisi lain, ada juga kasus dengan penilaian sedang hingga rendah jika seorang warga disandera, serta mengesampingkan beberapa kasus dan memberi informasi kepada keluarga jika orang yang mereka cintai tidak disandera.
Dikatakan, militer telah menelusuri daerah perbatasan Gaza untuk mencari mayat warga Israel yang hilang, menemukan beberapa, dan banyak mayat masih menunggu untuk diidentifikasi.
Sementara itu, beberapa anggota keluarga warga Israel yang ditawan di Gaza marah pada Hari Rabu, setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan mengizinkan bantuan kemanusiaan untuk dikirimkan ke wilayah tersebut melalui Mesir, tanpa adanya konsesi apapun untuk orang yang mereka cintai sebagai imbalannya.
"Keputusan untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan kepada para pembunuh di Gaza telah menimbulkan kemarahan besar di antara anggota keluarga," kata organisasi Bring Them Home Now, yang dibentuk untuk mewakili keluarga para korban penculikan, dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya, Pemerintah Israel mengatakan tidak akan memberikan listrik air hingga bahan bakar untuk Gaza yang diblokade, hingga seluruh sandera dibebaskan.
BACA JUGA:
Terbaru, Presiden Biden yang kemarin sempat mengunjungi Israel mengatakan, sekutunya itu telah menyetujui bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Gaza melalui Mesir. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi itu, namun mengatakan pihaknya tidak akan mengizinkan pasokan masuk ke daerah kantong tersebut dari wilayahnya sendiri, sampai Hamas membebaskan semua sandera.
Sedangkan pejabat senior militan Hamas Izzat al-Risheq mengatakan pekan lalu, terlalu dini untuk membicarakan pertukaran sandera dengan pihak Israel.
"Kami hanya akan membahas masalah ini setelah agresi Israel terhadap rakyat kami berakhir," kata al-Risheq dari Doha, Qatar, seperti mengutip CNN.