Bagikan:

JAKARTA - ‘Operasi Banjir Al-Aqsa’ yang dilancarkan Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas, sejak Sabtu, 7 Oktober memasuki hari kedua. Menurut laman Aljazeera, tercatat sekitar 400 warga Israel tewas dan lebih dari 2.000 luka-luka. 

Sementara Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan bahwa jumlah korban tewas warga Palestina akibat bombardir Israel atas Jalur Gaza sekitar 313 orang, termasuk 20 anak-anak, dan 1.990 lainnya terluka.

Menyikapi tensi dan konflik yang memanas tersebut, Fadli Zon, Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, meminta semua pihak obyektif dan adil dalam memberikan pernyataan. 

"Bagaimana kita meredakan kekerasan yang dapat menimbulkan korban sipil di kedua pihak. Apa yang terjadi sekarang ini akibat diamnya dunia internasional dan PBB atas penindasan yang dilakukan Israel atas rakyat dan tanah Palestina," tegas Fadli Zon dalam pesan elektronik yang diterima di Jakarta, Minggu, 8 Oktober. 

“Kita tak bisa menyebut Hamas teroris. Serbuan Hamas atas Israel adalah akibat penyerangan pendudukan Israel yang terus menerus terhadap Masjid Al-Aqsa, aneksasi atas tanah warga Palestina, provokasi sentimen anti-Palestina, yahudisasi yang terus meluas, dan blokade dan isolasi Jalur Gaza sejak tahun 2006 yang menyebabkan krisis kemanusiaan yang sangat parah. Ini gambaran umumnya,” papar Fadli Zon.

Wakil Ketua Umum Gerindra tersebut juga membeberkan contoh kejahatan Israel sepanjang tahun 2023. Menurut PBB sejak awal 2023, Israel telah membunuh hampir 300 warga Palestina di Tepi Barat. 

Demikian juga provokasi penyerbuan sekitar 4.000 pemukim Israel terhadap kompleks Masjid Al-Aqsa sepanjang Juni lalu. 

"Namun sayang, dunia internasional tak melakukan langkah konkret apapun, termasuk PBB. Ini penting untuk diingatkan," tegas dia.

Fadli Zon menyebutkan, apa yang tengah terjadi sekarang jelas-jelas sinyal dari kegagalan komunitas internasional termasuk PBB, negara-negara besar, dan lemahnya penegakkan tatanan dunia berbasis aturan.  Selama ini, berbagai kejahatan Israel seperti dibiarkan komunitas global termasuk PBB. Resolusi-resolusi PBB dilanggar terus-menerus oleh Israel. 

"Maka tak mengherankan rakyat Palestina di Gaza menggunakan hak perlawanannya untuk kembali ke tanah airnya. Ini seperti para pejuang kita dahulu melawan penjajah Belanda. Rakyat Palestina merasakan ketidakadilan global,” ujarnya.

Fadli Zon juga menyayangkan respons beberapa negara Barat yang cenderung berpihak ke Israel.

“Respon yang ditunjukkan beberapa negara besar seperti AS dan Inggris sangat pro Israel. Ini tentu saja tak akan menyelesaikan akar masalah. Jika ingin menurunkan tensi konflik di sana, negara-negara besar harus bersikap adil dan netral,” saran dia.

Pada sisi lain, Fadli Zon menyampaikan bahwa DPR selalu menyuarakan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina di berbagai forum parlemen. 

“Kita akan terus memberikan dukungan kepada Palestina, termasuk di Sidang Umum Parlemen Dunia di Luanda, Angola, 23 Oktober mendatang. Kita akan meminta dunia bersikap adil dan obyektif terhadap bangsa Palestina,” pungkas dia.