CIANJUR - Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencatat 729 ruang kelas SMP di Cianjur dalam kondisi rusak dan perlu perbaikan. Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi jumlah kelas yang rusak pada awal 2024.
Kepala Bidang SMP Disdikpora Cianjur Helmi Halimudin mengatakan, minimnya anggaran dari APBD Cianjur setiap tahun membuat pemerintah daerah membutuhkan waktu puluhan tahun untuk melakukan perbaikan ruang kelas rusak.
"Sampai akhir tahun ini, hanya beberapa sekolah yang mendapat skala prioritas perbaikan agar proses belajar mengajar tidak terganggu, termasuk bangunan sekolah yang ambruk di Kecamatan Takokak beberapa waktu lalu, akan mendapat skala prioritas di akhir tahun," katanya di Cianjur, dikutip dari Antara, Jumat, 6 Oktober.
Hingga saat ini, anggaran yang tersedia untuk perbaikan sekolah rusak sangat terbatas, sehingga pihaknya mengupayakan tambahan anggaran dari berbagai pihak, mulai dari provinsi hingga pusat, seperti dana alokasi hhusus, dana alokasi umum, dan dana hibah.
Sebab, ungkap Helmi, untuk melakukan perbaikan sekolah yang rusak membutuhkan biaya yang cukup besar, sedangkan alokasi dana pemerintah daerah terbatas jika mengandalkan dana pemerintah daerah butuh waktu hingga 20 tahun untuk menuntaskan perbaikan itu.
"Untuk tahun ini dari dana alokasi umum dan dana hibah hanya bisa memperbaiki 40 ruang kelas di beberapa sekolah yang masuk skala prioritas, termasuk dana alokasi khusus hanya untuk beberapa sekolah sesuai ketentuan pemerintah pusat," katanya.
Sementara dua ruang kelas SMPN 3 Agrabinta di Kecamatan Agrabinta, ambruk akibat dimakan usia, pihak sekolah berharap segera mendapat bantuan perbaikan karena proses belajar mengajar puluhan siswa terganggu, karena tidak memiliki ruang kelas.
Kepala SMPN 3 Agrabinta Asep Saepudin mengatakan ruang kelas yang ambruk sebelumnya sudah mendapat perbaikan beberapa tahun yang lalu, namun akhirnya ambruk karena termakan usia dan puluhan siswa terpaksa belajar secara bergiliran.
BACA JUGA:
"Karena sudah cukup lama rehab yang dilakukan, membuat ruang kelas ambruk, tidak ada korban jiwa, karena ambruknya saat siswa sudah pulang. Harapan kami segera dibangun kembali, karena sekitar 60 siswa terpaksa belajar bergantian setiap hari," katanya.