Bagikan:

LAMPUNG TIMUR - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur, Lampung terus terjadi. Akibat karhutla tersebut sekitar 200 hektare lebih lahan di TNWK hangus terbakar dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Selain itu, banyak satwa dilindungi ditemukan mati.

Karhutla terakhir di kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) terjadi dari Senin 2 hingga Selasa 3 Oktober.

Setelah sempat padam seluruhnya, titik api kembali muncul pada Rabu 4 Oktober, sekitar pukul 14.00 WIB. Titik api berhasil dipadamkan pada Rabu malam sekitar pukul 22.00 WIB.

Dari peristiwa karhutla di kawasan hutan TNWK yang terjadi dalam kurun waktu dua bulan, setidaknya ada enam titik lahan dari total 200 hektare lahan yang hangus terbakar.

Akibat perisitiwa karhutla di TNWK, sejumlah satwa dilindungi ditemukan mati. Dari dokumen foto pihak TNWK, satwa dilindungi yang mati terbakar di antaranya trenggiling dan satwa melata lainnya yang hanya menyisakan tulang belulang dan sulit untuk diidentifikasi.

Kebakaran di kawasan hutan TNWK tersebut diduga ulah para pemburu satwa liar yang sengaja membakar lahan untuk memasang perangkap.

Selain faktor cuaca panas dan angin kencang, petugas gabungan juga mengalami kesulitan memadamkan api akibat ketiadaan sumber air di lokasi lahan yang terbakar.

Humas TNWK Lampung, Sukatmoko mengatakan, selama dua bulan terakhir, luas lahan di kawasan TNWK yang terbakar mencapai sekitar 200 hektare. Karhutla terpantau terjadi di enam titik di tiga lokasi, yaitu Seksi 1 Way Kanan, Seksi 2 Bungur, dan Seksi 3 Kuala Penet.

Penyebab hangusnya total 200 hektare lahan TNWK tersebut, yakni ulah manusia yang sengaja melakukan kegiatan ilegal di dalam hutan membakar lahan dengan tujuan tertentu seperti perburuan satwa.

"Pemburu satwa liar ini sengaja membakar lahan, karena memudahkan mereka (pemburu) untuk memasang perangkap ketika rerumputan liar mulai tumbuh lagi," kata Sukatmoko, Kamis 5 Oktober.

Sukatmoko menjelaskan, untuk mengatasi karhutla di kawasan TNWK, pihaknya bekerja sama dengan TNI-Polri untuk memburu para pelaku pembakaran lahan kawasan TNWK tersebut.

"Kami bekerja sama dengan TNI-Polri, melakukan penyelidikan terkait aktivitas pembakaran yang dilakukan oleh para pemburu satwa tersebut," ujar Sukatmoko.

Lebih lanjut Sukatmoko mengungkapkan, untuk penanganan karhutla di kawasan TNWK yang terjadi sejak awal pekan dilakukan bersama tim baik dari Balai TNWK, Polsek Braja Selebah, mitra TNWK, masyarakat mitra polhut, kelompok tani hutan, Pokdarwis Braja Harjosari, dan lainnya.

"Sejak semalam hingga siang ini, tim gabungan masih terus berjaga memantau lokasi yang terbakar untuk memastikan tidak ada lagi penjalaran api dan titik api baru lagi. Tidak menutup kemungkinan, api bisa muncul kembali karena lokasi yang terbakar di rawa gambut," ungkap Sukatmoko.

Sukatmoko menyatakan, lokasi kebakaran di kawasan TNWK bukan zona inti melainkan wilayah vegetasi rawa dan terbuka dengan vegetasi tanaman jenis ilalang serta semak belukar. Kebakaran berdampak negatif terhadap satwa yang ada di TNWK meskipun tidak dengan satwa kunci seperti gajah, badak, dan harimau.

"Kebakaran yang terjadi ini menghanguskan semak belukar membuat sejumlah satwa melata menjadi korban seperti trenggiling, ular dan unggas yang tidak bisa terbang. Satwa yang mati terbakar, tidak dapat dikenali karena hanya menyisakan abu dan tulang-belulang," pungkas Sukatmoko.

Pihak TNWK terus berkoordinasi dengan Polri dan TNI serta instansi terkait untuk melakukan penanganan karhutla dan melakukan penyelidikan untuk memburu para pemburu liar yang diduga sebagai pelaku pembakaran lahan di kawasan hutan TNWK, Lampung.