Masjid Ottoman yang Dibangun Tahun 1528 di Kairo Kembali Dibuka untuk Umum Usai Restorasi
Masjid Suleyman Pasha Al Khadim. (Wikimedia Commons/Houssam_Daowd_102)

Bagikan:

JAKARTA - Masjid Ottoman tertua sekaligus fitur dari Benteng Saladin yang terkenal di Kairo, kembali dibuka usai menjalani restorasi oleh Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir.

Pemugaran dimulai pada tahun 2018 dan memakan biaya sekitar 5 juta pound Mesir untuk menyelesaikannya, kata kementerian tersebut.

Masjid yang memiliki nama Masjid Suleyman Pasha Al Khadim, juga dikenal sebagai Masjid Sariya, terkenal dengan 23 kubah ubin hijau dan mimbar bertatahkan ubin Iznik.

Ini adalah masjid Ottoman paling awal di Kairo. Dibangun pada tahun 1528 M dan didaftarkan sebagai situs warisan Mesir pada tahun 1951.

Pemugaran tersebut mencakup penguatan dan pembersihan fasad batu masjid, menaranya, dan lapisan marmer yang khas pada dindingnya, kata kementerian tersebut, melansir The National News 18 September.

Lapisan mortar di kubah masjid dirawat dan diperkuat, sementara halamannya yang terbuka pun diperbaiki.

Selain itu, lingkungan di sekitar masjid juga telah direncanakan untuk dikembangkan, menurut Menteri Pariwisata Ahmed Eissa di sela-sela pembukaan kembali masjid tersebut.

Restoran, kafe, dan area parkir lainnya akan dibangun di dalam benteng untuk "meningkatkan pengalaman wisata," kata Eissa.

Benteng ini dibangun oleh jenderal Muslim Salah Al Din setelah ia merebut Kairo dari Fatimiyah. Beberapa tahun kemudian, Salah Al Din melanjutkan penaklukan Yerusalem dari Tentara Salib.

Untuk meningkatkan sektor pariwisata, salah satu sumber mata uang asing terpenting bagi Mesir, pemerintah telah memulihkan situs-situs Islam terkemuka di kawasan bersejarah Kairo, yang merupakan rumah bagi sebagian besar situs Muslim, Yahudi dan Koptik terkemuka di kota itu.

Pengeluaran negara untuk restorasi meningkat dua kali lipat hingga mencapai 3 juta dolar AS pada tahun anggaran ini dibandingkan tahun sebelumnya, kata kementerian tersebut.

Pendapatan dari tiket ke situs warisan Mesir telah meningkat lima kali lipat, kata kementerian tersebut.

Sebelumnya, pemugaran Masjid Sayeda Aisha baru-baru ini, sebuah situs terkemuka di Kairo yang dibangun pada abad ke-9, dikritik karena menghapus identitas budaya Mesir.

Pemugaran tersebut, yang didanai oleh Bohra, sebuah denominasi Islam Syiah yang sebagian besar tinggal di India dan Pakistan, juga diawasi oleh Otoritas Teknik Angkatan Bersenjata, serta Kementerian Wakaf dan Pariwisata dan Purbakala Mesir.