Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa Antonio Guterres pada Hari Selasa memperingatkan, perlombaan nuklir menimbulkan ancaman pemusnahan, ketika negara-negara bersenjata nuklir memodernisasi persenjataannya menjadi lebih cepat, akurat dan tersembunyi.

Berbicara pada Hari Internasional untuk Penghapusan Total Senjata Nuklir, yang diperingati oleh Majelis Umum PBB sejak tahun 2013, Sekjen Guterres mengatakan dunia harus mengubah arah ketika negara-negara berupaya mengembangkan atau memperluas kemampuan nuklir.

"Setiap penggunaan senjata nuklir – kapan pun, di mana pun dan dalam konteks apa pun – akan menimbulkan bencana kemanusiaan yang sangat besar," ujarnya, dilansir dari The National News 27 September.

"'Pedang nuklir' kembali diguncang. Ini adalah kegilaan," tandasnya.

Lebih jauh Sekjen PBB mengatakan, jumlah senjata nuklir di bumi ini bisa meningkat untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, memperingatkan bayangan 'pemusnahan' sedang membayangi dunia.

Pada Bulan Juni, Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) melaporkan negara-negara kekuatan nuklir dunia, khususnya Tiongkok, meningkatkan investasi persenjataan mereka selama tiga tahun berturut-turut pada tahun 2022.

Meskipun jumlah total hulu ledak nuklir yang dimiliki oleh Inggris, Tiongkok, Prancis, India, Israel, Korea Utara, Pakistan, Rusia dan Amerika Serikat telah turun sekitar 1,6 persen menjadi 12.512 buah dibandingkan tahun sebelumnya, SIPRI mengatakan tren penurunan tersebut berada di titik puncak.

Dalam kesempatan yang sama, Sekjen Guterres juga menyerukan diberlakukannya Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif yang diadopsi oleh Majelis Umum pada tahun 1996, namun masih belum berlaku karena beberapa negara utama belum bergabung.

Perjanjian ini mempunyai 196 negara anggota. Dari jumlah tersebut, 186 orang telah menandatanganinya dan 178 orang telah meratifikasinya. Pakta tersebut belum berlaku karena masih memerlukan ratifikasi oleh delapan negara – AS, Tiongkok, Mesir, Iran, Israel, Korea Utara, India dan Pakistan – yang memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir atau reaktor riset.

PBB mengatakan, rasa frustrasi semakin meningkat di kalangan negara-negara anggota atas lambatnya perlucutan senjata nuklir. Kekhawatiran kian meningkat mengenai dampak kemanusiaan yang sangat besar akibat penggunaan satu senjata nuklir, apalagi konflik nuklir regional atau global.

Sekjen Guterres mengatakan, kerangka kerja untuk menghentikan proliferasi nuklir dan upaya pelucutan senjata telah terkikis.

Untuk kembali ke jalur pengurangan senjata nuklir, ia menyerukan negara-negara untuk berkomitmen untuk tidak pernah menggunakan bom atom "dalam keadaan apa pun".

"Dunia sudah terlalu lama berada di bawah bayang-bayang senjata nuklir. Mari kita mundur dari ambang bencana," ajaknya.