JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menentang isu mengenai hanya ada dua poros pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2024.
Menurut HNW, kontestasi politik yang hanya mengikutsertakan dua pasangan capres-cawapres bakal mengulangi polarisasi atau terpecahnya masyarakat. Hal ini telah dibuktikan pada Pilpres 2014 dan 2019, di mana hanya ada dua capres yang bersaing, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
"Kemarin banyak menuntut ke Mahkamah Konstitusi (MK) agar dikoreksi ketentuan Presidential Threshold 20 persen karena mengakibatkan bisa terjadinya polarisasi sebagaimana terjadi pada pilpres 2014 dan 2019 yang ditolak umumnya Rakyat Indonesia," kata HNW dalam keterangannya, Minggu, 24 September.
Sehingga, menurut HNW, pihak-pihak yang menginginkan Pilpres 2024 hanya diikuti oleh dua pasangan calon, mereka tidak menghormati hak rakyat untuk mendapat alternatif pilihan pemimpin yang terbaik dan tidak merawat prinsip demokrasi konstitusional.
"Bahkan, juga bisa dinilai sebagai ingin melanjutkan polarisasi dan pembelahan yang ditolak oleh mayoritas warga bangsa Indonesia, yang terjadi akibat pilpres hanya diikuti oleh dua kandidat saja,” urainya.
HNW tak menampik bahwa pilpres yang diikuti dua paslon akan menghemat biaya pemilu karena bisa digelar dalam satu putaran. Hanya saja, menurutnya negara memang perlu menggelontorkan biaya lebih agar polarisasi tidak terjadi.
“Demokrasi memang perlu ongkos, tapi kalau yang diinginkan adalah biaya termurah, maka kembali saja pada pola Pilpres pada zaman Orba, dimana Presiden dipilih oleh MPR. Hal yang tentu mereka tolak juga,” tutur dia.
Lagipula, HMW memandang peta koalisi partai-partai politik saat ini sebenarnya sudah mengarah kepada bisa hadirnya tiga pasangan calon.
Di antaranya Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Lalu, Prabowo Subianto yang diusung oleh Partai Gerindra, Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN), serta Partai Demokrat. Kemudian, Ganjar Pranowo yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
“Arah koalisi partai-partai yang berhak menyalonkan Presiden sebenarnya sudah mengarah kepada bukan hanya dua pasangan calon presiden, tetapi memungkinakan adanya tiga pasangan calon. Tinggal menunggu keberanian dari dua bacapres Ganjar dan Prabowo untuk segera mendeklarasikan pasangan cawapresnya,” ujarnya.
Rumor mengenai dua poros pasangan calon di Pilpres 2024 disinggung oleh Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid. Menurut Jazilul, dalam pendaftaran capres-cawapres nanti, muncul peluang hanya ada dua pasangan calon.
BACA JUGA:
Salah satu porosnya, lanjut Jazilul, merupakan pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar yang diusung oleh Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Saya melihatnya secara pribadi belum tentu ada tiga poros, bisa jadi dua poros, kita tunggu nanti," kata Jazilul pada Senin, 18 September.