Temui Elon Musk, PM Israel Netanyahu Desak Keseimbangan Kebebasan Berpendapat dengan Memerangi Ujaran Kebencian di X
Elon Musk bersama PM Netanyahu. (Twitter/@netanyahu)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendesak Elon Musk menjaga keseimbangan antara melindungi kebebasan berekspresi dengan memerangi ujaran kebencian dalam pertemuan Hari Senin, setelah kontroversi mengenai konten antisemit di platform media sosial X (dahulu Twitter) milik Musk.

Awal bulan ini, Musk menyerang Liga Anti-Pencemaran Nama Baik (ADL), menuduh organisasi nirlaba yang bekerja untuk melawan antisemitisme menyebabkan penurunan 60 persen pendapatan iklan X di Negeri Paman Sam, tanpa memberikan bukti.

Musk sebelumnya bergabung dalam percakapan di X dengan tagar #BantheADL, berinteraksi dengan para pengguna yang mengekspresikan pandangan supremasi kulit putih, dan bertanya kepada para pengikutnya apakah ia harus melakukan jajak pendapat di platform tersebut untuk melarang ADL.

"Saya harap Anda menemukan dalam batas-batas Amandemen Pertama, kemampuan untuk tidak hanya menghentikan antisemitisme, tetapi juga kebencian kolektif terhadap suatu bangsa," kata PM Netanyahu dalam pertemuan di pabrik Tesla di Fremont, California, melansir Reuters 19 September.

"Saya tahu Anda berkomitmen untuk itu, tapi saya mendorong dan mendesak Anda untuk menemukan keseimbangan," lanjut PM Netanyahu.

Musk sendiri menanggapi dengan mengatakan, ia menentang antisemitisme dan menentang apa pun yang "mempromosikan kebencian dan konflik," mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa X tidak akan mempromosikan ujaran kebencian.

Musk mengatakan, X seharusnya menjadi platform bagi orang-orang untuk mengunggah berbagai sudut pandang. Tetapi, perusahaan akan membatasi distribusi postingan tertentu yang mungkin melanggar kebijakannya, dengan menyebut pendekatannya sebagai "kebebasan berbicara, bukan menjangkau."

Selain itu, Musk dan PM Netanyahu juga membahas bagaimana memanfaatkan manfaat kemajuan pesat kecerdasan buatan (AI), sambil membatasi risiko terhadap masyarakat, sebuah kekhawatiran yang telah dikemukakan Musk dan pihak-pihak lain di industri teknologi dalam beberapa bulan terakhir.

"Kita berdiri hari ini di sebuah titik penting bagi seluruh umat manusia, di mana kita harus memilih antara berkah dan kutukan," kata PM Netanyahu, seraya menambahkan bahwa AI dapat memajukan dunia kedokteran, tetapi juga menimbulkan risiko seperti mengganggu demokrasi.

Diketahui, Israel dianggap sebagai pemimpin dunia dalam bidang AI, berkat industri komputasi dan robotika yang sedang berkembang yang memanfaatkan talenta yang dikembangkan di militer wajib militer yang berteknologi maju.