Bagikan:

JAKARTA - Hujan lebat dan cuaca ekstrem akan menghantui hingga periode Maret mendatang. Kondisi ini tak hanya menerpa wilayah Jakarta saja, melainkan seluruh provinsi di Indonesia. 

Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer BMKG, pola tekanan rendah di wilayah belahan bumi selatan (BBS) masih cukup aktif. Hal ini berpengaruh pada pembentukan potensi cuaca ekstrem di wilayah Indonesia.

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorolog, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) R. Mulyono R. Prabowo menyebut, akan ada curah hujan ekstrem yang masih terjadi dalam periode sepekan ke depan. 

"Hujan ini terjadi secara kontinyu disertai kilat/petir," tutur Mulyono kepada wartawan, 25 Februari. 

BMKG, kata Mulyono, mendeteksi badai tropis Ferdinand sejak Senin, 24 Februari. Siklus ini dibagi dalam dua periode curah hujan di Indonesia. 

Pada periode 25 hingga 28 Februari, curah hujan ekstrem terjadi di Provinsi Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Papua Barat, dan Papua. 

Sementara, pada periode 29 Februari hingga 2 Maret, siklus terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. 

Lebih lanjut, Mulyono menjelaskan, badai tropis Ferdinand bergerak dari Samudera Hindia bagian selatan NTB, serta sirkulasi angin di wilayah Samudera Hindia Barat Daya Banten. 

"Hal ini menyebabkan pembentukan pola pertemuan massa udara yang memanjang di Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT," kata Mulyono. 

"Belokan angin juga terpantau terbentuk di sekitar wilayah Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku," tambah dia. 

Sementara itu labilitas udara cukup kuat di beberapa wilayah, kondisi ini berkontribusi pada peningkatan konvektifitas skala lokal terutama di Pesisir Barat Sumatera, Aceh, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, sebagian besar Jawa, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat dan Papua.

"Kami mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin," tutupnya.