JAKARTA - Wahana Lingkungan Hidup Sumatera Selatan (Walhi Sumsel) mencatat hasil pemantauan lapangan dalam kurun waktu lima tahun (2015-2020).
Dampak dari kekeringan musim kemarau hingga ulah manusia terdapat 1,012 juta hektare lahan dan hutan (Karhutla) terbakar.
"Lahan yang terbakar itu terdiri atas kawasan hutan, lahan gambut, lahan perkebunan baik milik masyarakat maupun perusahaan," kata Manager Kampanye Walhi Sumsel, Puspita Indah Sari dilansir Antara, Jumat, 5 Februari.
Beberapa titik lahan yang terbakar, tiap tahunnya selalu terulang. Atas fakta ini, Walhi mengajak masyarakat, pemerintah daerah hingga perusahan di kawasan rawan terbakar untuk melakukan tindakan pencegahan.
BACA JUGA:
Karhutla di Sumsel harusnya diatasi secara serius dengan aksi langsung ke pokok masalah. Selama ini, catat Walhi, hanya tindakan standar yang dilakukan untuk memadamkan api termasuk melakukan modifikasi cuaca/hujan buatan.
"Jika akar permasalahan yang dapat memicu terjadinya karhutla tidak diatasi dengan baik, kebakaran hutan dan lahan akan selalu terjadi pada musim kemarau dengan luasan yang lebih besar," tegas Puspita.
Dia menjelaskan, salah satu akar permasalahan yang dapat memicu terjadinya karhutla yaitu tidak dikelola dan dimanfaatkannya lahan gambut.
Pada musim kemarau, lahan gambut mengalami kekeringan dan mudah terbakar. Sedangkan musim hujan akan tergenang.
"Ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi serta gagal panen," demikian kata Puspita.