Revitalisasi TIM yang Sempat Diprotes Seniman Capai 61 Persen
Revitalisasi TIM (Foto: Diah/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pengerjaan revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) yang sempat diprotes oleh sejumlah seniman telah mencapai 61 persen dalam 80 minggu pengerjaan. Namun, progres ini baru mancakup revitalisasi tahap I.

Revitalisasi tahap I pusat kebudayaan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, itu mencakup Masjid Amir Hamzah, gedung parkir dan pemadam kebakaran (damkar), serta gedung perpustakaan dan wisma seni.

Sementara, revitalisasi tahap II belum dilakukan. Tahap II mencakup pengerjaan akan difokuskan pada gedung pertunjukan, lalu planetarium beserta gedung yang melingkarinya.

"Pada tahap I, terdapat beberapa area yang sudah rampung dikerjakan. Salah satunya area gedung parkir taman yang sudah rampung 100 persen. Sebelumnya, Masjid Amir Hamzah juga sudah selesai direvitalisasi pada Juli tahun lalu," kata Corporate Communications Manager PT JakPro Melisa Sjach dalam keterangannya, Kamis, 4 Februari.

Kemudian, dalam waktu dekat, revitaliasasi TIM akan memasuki tahap II. Pengerjaan dimulai dengan pembangunan Teater Halaman Taman Ismail Marzuki. 

Melissa menyebut, desain Teater Halaman ini rencananya akan berbentuk setengah lingkaran dengan tempat duduk yang nyaman, sehingga penonton akan merasakan kenikmatan dan pengalaman yang berbeda ketika menyaksikan pertunjukan seni budaya. 

"Kemudian, di sekitar Teater Halaman ini direncanakan juga akan ada kolam resapan dan pepohonan yang rindang. Dengan berbagai fasilitas tersebut akan menambah kesejukan area Taman Ismail Marzuki," ungkap dia.

Sempat Diprotes

Sejak revitalisasi mulai bergerak awal tahun ini, sejumlah seniman kerap bergumul di halaman depan TIM setiap Jumat sore. Mereka bukan sedang berkesenian, melainkan menggelar aksi penolakan pembangunan hotel mewah dalam revitalisasi TIM.

Mulanya penolakan ini lantang disuarakan beberapa pegiat seni pada diskusi bertajuk "PKJ-TIM Mau Dibawa ke Mana?" yang digelar di Pusat Dokumentasi HB Jassin, TIM, pada Rabu, 20 November  2019. Dalam diskusi tersebut, sejumlah seniman menolak komersialisasi dalam revitalisasi TIM. 

Sejumlah seniman yang tergabung dalam Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (FSPTIM) mengkhawatirkan kenaikan harga sewa gedung dan budaya komersialisasi yang nantinya bakal tumbuh di kawasan tersebut. 

Juru Bicara FSPTIM, Noorca Massardi menganggap tetap ada proyeksi keuntungan yang digali dari JakPro. Sebab, dalam Peraturan Gubernur DKI Nomor 63 Tahun 2019, Anies menugaskan Jakpro mengelola prasarana dan sarana di TIM setelah direvitalisasi. 

Sudah pasti, menurut dia, Jakpro membutuhkan biaya besar untuk menggantikan penyertaan modal daerah (PMD) yang telah dikeluarkan dari pembangunan revitalisasi hingga biaya perawatan fasilitas di TIM agar dikembalikan ke kas daerah. 

Dikhawatirkan, Jakpro akan mengambil keuntungan dengan menaikkan harga sewa gedung pementasan Graha Bhakti Budaya (GBB) setelah direvitalisasi serta besarnya biaya penginapan wisma seni yang akan dibuat. 

"Janji itu kan hanya omongan saja. Semua kata-kata belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Padahal, Pergub 63 jelas-jelas menyatakan Jakpro mengelola area komersial selama 28 tahun. Mustahil Jakpro tidak mencari untung," kata Noorca, beberapa waktu lalu.

Pembahasan selisih paham revitalisasi TIM buntu di DPRD DKI, sehingga DPR mesti memanggil Gubenrur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk mendengarkan duduk perkara.

Dalam pertemuan pada 27 Februari 2020 di Gedung DPR, Anies berjanji bahwa Jakpro tak akan mengomersialisasi kawasan TIM. Sebab, pengelola konten kesenian yang digelar di kawasan TIM dipegang oleh lembaga kurator Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). 

"Jakpro mengelola infrastrukturnya karena tidak punya kompetensi dan track record di bidang kesenian. Kalau aktivitas kesenian, kontennya adalah di DKJ dan Dinas Kebudayaan," ujar Anies.