JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) diminta memperkuat pengawasan dan memastikan standar keselamatan yang ketat untuk diterapkan di seluruh industri pariwisata. Hal ini menyusul putusnya tali seling lift di Ayu Terra Resort Ubud, Gianyar, Bali yang menyebabkan 5 orang meninggal dunia.
"Kecelakaan di tempat-tempat wisata, terutama yang melibatkan korban jiwa, dapat merusak citra pariwisata daerah dan nasional. Hal ini harus menjadi perhatian serius Pemerintah dengan memastikan standar keselamatan dalam pelayanan di industri pariwisata,” kata Anggota Komisi X DPR RI, Andreas Hugo Pareira, Senin 4 September.
Seperti diketahui, lima orang karyawan Ayu Terra Resort Ubud tewas setelah lift yang mereka naiki terjatuh pada Jumat (1/9) lalu. Lift tersebut berjalan melintasi jalur rel sepanjang 65 meter dengan elevasi sekitar 40-45 derajat.
Dari hasil penyelidikan Polres Gianyar, diduga ada kelalaian dari pihak manajemen hotel. Sebab pada lift tidak ditemukan adanya emergency break atau rem darurat dan safety net atau jaring pengaman.
Berkaca dari temuan tersebut, Andreas menilai perlu ada evaluasi SOP di setiap lokasi wisata, termasuk tempat penginapan wisatawan.
"Saya sangat menyayangkan kejadian kecelakaan putusnya tali litf di sebuah resort di Bali yang menewaskan sejumlah orang. Kejadian ini dapat membuat wisatawan merasa ragu dan khawatir tentang keamanan mereka selama berlibur," tuturnya.
BACA JUGA:
Andreas pun berharap kejadian ini menjadi perhatian bagi Kemenparekraf, utamanya mengenai pengawasan keselamatan di sektor pariwisata. Ia khawatir kejadian tersebut akan menyebabkan menurunnya minat wisatawan yang akan mempengaruhi perekonomi daerah dan nasional.
"Dari peristiwa ini kita belajar bahwa pengawasan terhadap keamanan perlu ditingkatkan. Dengan tindakan yang tepat, kita dapat memastikan keselamatan wisatawan, memulihkan kepercayaan mereka, dan memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi destinasi wisata yang aman dan menarik bagi semua," sebut Andreas.
“Apalagi ini di Bali, yang dikenal sebagai salah satu destinasi unggulan Indonesia dan dikagumi masyarakat dunia,” tambah Legislator dari Dapil Nusa Tenggara Timur (NTT) I itu.
Lebih lanjut, Andreas menekankan pentingnya pengelola tempat penginapan menjalankan pemeliharaan preventif yang berkualitas terhadap semua fasilitas dan peralatan yang digunakan oleh pengunjung dan staf. Hal ini untuk membantu mencegah kerusakan dan kegagalan yang dapat mengancam keselamatan.
"Audit sistem keselamatan juga perlu di sektor pariwisata khususnya hotel, meliputi keselamatan lift, adanya alarm kebakaran hingga tersiapnya jalur evakuasi saat adanya bahaya. Ini juga akan memberikan rasa aman bagi wisatawan" papar Andreas.
Bukan hanya itu, Andreas pun mendorong Pemerintah mengadakan pelatihan khusus terkait keselamatan kerja kepada semua staf dan manajemen di sektor pariwisata secara berkelanjutan.
"Pemerintah juga harus memperkuat pengawasan terhadap kepatuhan hotel terhadap standar keselamatan yang berlaku. Ini harus mencakup sanksi yang ketat bagi pelanggaran," ungkapnya.
Komisi X DPR RI yang membidangi urusan pariwisata dan ekonomi kreatif tersebut juga meminta manajemen sektor usaha pariwisata membuka ruang bagi karyawan untuk memberi masukan tentang fasilitas tempat wisata yang kurang memadai.
“Masukan dari karyawan dan pengunjung harus didengar dan menjadi evaluasi oleh semua manajemen sektor pariwisata agar jangan sampai kejadian yang tidak diinginkan dapat terjadi dan merugikan wisatawan,” tutup Andreas.