Bagikan:

JAKARTA - Prancis siap mendukung segala upaya untuk memulihkan ketertiban konstitusional di Niger, termasuk intervensi militer, yang dilakukan oleh Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS), kata Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Hari Senin.

"Kami mendukung aktivitas diplomatik dan, jika diputuskan, aktivitas militer ECOWAS," katanya, seraya menambahkan bahwa Paris tidak akan menghentikan dukungannya terhadap presiden yang terpilih secara sah, Mohamed Bazoum, melansir TASS 28 Agustus.

Lebih lanjut, Presiden Macron meminta warga Niger tidak tertipu oleh narasi junta, Prancis adalah musuh Niger. Masalah yang dihadapi penduduk Niger, dalam kata-katanya adalah, para pemberontak menempatkan mereka dalam risiko dengan "menolak memerangi terorisme dan menjauh dari kebijakan ekonomi yang bermanfaat." Inilah sebabnya mengapa Niger "kehilangan pendanaan internasional yang dapat membantu mereka keluar dari kemiskinan," katanya.

Pada saat yang sama, Presiden Macron mengecam kritik yang datang dari "Washington dan ibu kota Eropa lainnya," serta dari media massa yang menyebut Prancis terlalu mendukung Presiden Bazoum.

"Kami tidak bisa mengharapkan ibu kota Afrika lainnya mendengarkan kami, jika kami tidak mendukung seorang pemimpin politik jika dia dihadapkan pada hal ini (kudeta negara)," tegasnya.

Menurut Presiden Macron, wilayah Sahel telah dilanda "epidemi kudeta negara, yang berasal dari kelemahan dan kurangnya efektivitas sistem militernya."

Ia menyatakan komitmennya untuk menjaga hubungan erat antara Prancis dan negara-negara di kawasan, namun dengan cara yang berbeda.

"Kita harus terus mendukung negara-negara di kawasan ini dengan penuh semangat, menyerukan mereka untuk bertindak secara bertanggung jawab. Jika ECOWAS meninggalkan Presiden Bazoum, saya pikir, semua presiden di kawasan ini akan melihat masa depan mereka. Dan kelemahan yang ditunjukkan di tengah kudeta di masa lalu telah mengipasi suasana di kawasan ini," katanya.

Diberitakan sebelumnya, negara-negara Afrika Barat yang tergabung dalam ECOWAS menolak usulan junta militer Niger untuk menunda pengadaan Pemilu hingga tiga tahun mendatang, mendesak pembebasan presiden yang ditahan dan pemulihan konstitusi tanpa penundaan, setelah kudeta bulan lalu.

Namun setelah beberapa upaya dialog ditolak, ECOWAS mengaktifkan kekuatan regional yang menurut para pemimpin militer siap dikerahkan jika perundingan gagal.

"Bebaskan Bazoum tanpa prasyarat, pulihkan tatanan konstitusional tanpa penundaan lebih lanjut," tegas Komisaris ECOWAS Abdel-Fatau Musah seperti mengutip Reuters, kendati belum ada tanggal yang ditetapkan terkait pelaksanaan intervensi militer tersebut.