Bagikan:

JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan terus mendukung upaya untuk menciptakan kondisi bagi repatriasi pengungsi Rohingya secara sukarela, aman, bermartabat, dan berkelanjutan ke tempat tinggal mereka di Myanmar.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis untuk memperingati enam tahun eksodus Rohingya dari Myanmar, Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Florencia Soto Nino mengatakan bahwa warga Rohingya masih menjadi pengungsi di dalam dan di luar negeri, termasuk sekitar satu juta warga Rohingya di Bangladesh.

“Kerentanan yang dihadapi oleh masyarakat Myanmar, termasuk Rohingya, diperparah oleh konflik yang sedang berlangsung dan kehancuran yang disebabkan oleh Topan Mocha," kata PBB, dikutip dari Antara, Minggu.

Untuk itu, Sekjen PBB menyerukan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk melipatgandakan upaya untuk menemukan solusi yang komprehensif, inklusif, dan tahan lama yang dapat mengatasi akar penyebab diskriminasi dan kekerasan sistemik di Myanmar.

PBB juga menyeru pihak-pihak terkait untuk menanggapi krisis perlindungan dan kebutuhan kemanusiaan yang semakin meningkat sambil memperkuat upaya perlindungan pengungsi di wilayah tempat mereka melarikan diri dari penganiayaan dan kekerasan.

Mengingat bahwa Bangladesh telah menunjukkan komitmen kemanusiaan dan kemurahan hati yang harus diakui melalui “tanggung jawab bersama", PBB mengatakan bahwa lebih banyak hal harus dilakukan untuk mendukung Rencana Respons Bersama dan mencegah krisis kemanusiaan yang lebih luas.

“PBB berkomitmen untuk bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk aktor regional, untuk membantu menyelesaikan krisis ini dan mengupayakan akuntabilitas dan keadilan bagi para korban menuju perdamaian berkelanjutan di Negara Bagian Rakhine dan seluruh Myanmar,” kata PBB dalam pernyataannya.

Rohingya digambarkan oleh PBB sebagai kelompok yang paling teraniaya di dunia dan menghadapi apa yang oleh kelompok hak asasi manusia disebut sebagai genosida.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, meninggalkan Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas minoritas Muslim pada Agustus 2017.

Eksodus tersebut menambah jumlah warga Rohingya yang teraniaya di Bangladesh menjadi lebih dari 1,2 juta orang.

Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24 ribu Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar, menurut laporan Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA).

Lebih dari 34 ribu orang Rohingya juga dibakar, sementara lebih dari 114 ribu lainnya dipukuli, berdasarkan laporan OIDA yang berjudul "Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman Tak Terungkap".

Sebanyak 18 ribu perempuan dan anak perempuan Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115 ribu rumah warga Rohingya dibakar, sementara 113 ribu lainnya dirusak.