Bagikan:

JAKARTA - Pelaku industri di wilayah Tangerang, Banten, ramai-ramai menghentikan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik sendiri dan beralih ke listrik PLN untuk mengurangi polusi udara.

Electric Instrument Manager PT Polychem Indonesia Taufan Prihadi menyatakan, pihaknya sudah beralih menggunakan listrik PT PLN (Persero) setelah sebelumnya membangkitkan listrik mandiri dari PLTU sebesar 2x15 MW. Listrik tersebut dipakai untuk membuat bahan baku polyester, yaitu etilen glikol.

"Untuk mengurangi polusi udara, kami mempensiunkan PLTU yang sebelumnya dikelola mandiri untuk menekan emisi," katanya dilansir ANTARA, Sabtu, 26 Agustus.

Selain tidak lagi menggunakan batu bara untuk membangkitkan listrik, lanjutnya, perusahaan jauh lebih hemat dari sisi operasional, karena pengeluaran biaya listrik hampir Rp10 miliar per bulan jika masih menggunakan pembangkit mandiri.

“Sekarang pakai listrik dari PLN juga lebih hemat dari sisi pengeluaran. Ongkos listriknya lebih murah dan bebas biaya perawatan. Dulu saat PLTU kami beroperasi, konsumsi batu bara kurang lebih mencapai 740 ton per hari,” katanya.

Manajemen perusahaan menurutnya juga memperoleh nilai positif dalam penggunaan listrik PLN, apalagi kebijakan energi manajemen selaras dengan kebijakan pemerintah untuk segera mencapai net zero emission pada 2060.

Secara terpisah pakar komunilogi dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan kualitas udara di Banten jauh lebih baik jika dibandingkan dengan Ibu Kota Jakarta meski letaknya lebih dekat dengan PLTU yang dianggap sebagai salah satu sumber polutan.

Menurut dia sudah banyak ahli lingkungan yang memaparkan buruknya kualitas udara di Jakarta akibat masalah pada sektor transportasi yang belum pernah terselesaikan.