Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah berencana untuk menutup Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) swasta yang dimiliki oleh pelaku industri sebagai salah satu upaya mengatasi polusi udara di Kawasan Jabodetabek. Adapun Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan akan mengalihkan pasokan listrik dari PT PLN (Persero).

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai upaya tersebut sangat layak diterapkan dalam waktu dekat ini.

Rencana ini muncul dikarenakan PLTU milik pelaku usaha itu ditengarai memberikan kontribusi signifikan terhadap polusi udara di kawasan Jabodetabek.

"Rencana tersebut tidak hanya mengatasi masalah polusi udara buruk, tetapi juga mengatasi masalah over supply listrik PLN. Sekali merengkuh dayung, dua pulau terlampaui," ujar Fahmy dalam keterangan tertulisnya, pada Senin, 11 September.

Berbeda dengan PLTU milik industri, Fahmy mengatakan, PLTU milik PLN sudah menerapkan teknologi Electrostatic System Precipitator (ESP). Ini merupakan teknologi yang mengendalikan abu hasil proses pembakaran dan menjaring debu PM 2,5 sehingga tidak berhamburan yang mencemari udara.

Selain itu, Fahmy menyebut, PLTU milik PLN juga menerapkan teknologi Low NOx Burner yang dapat menekan polusi NO2 sangat rendah atau di bawah ambang batas yang ditetapkan Kementerian LHK.

"Sedangkan, PLTU swasta yang dimiliki pelaku industri umumnya belum menerapkan teknologi untuk menekan pencemaran lingkungan, lantaran biaya penggunaan teknologi itu relatif mahal," kata dia.

Lebih lanjut, Fahmy mengatakan pada masa lalu pelaku industri membangun sendiri PLTU karena waktu itu pasokan listrik dari PLN masih terbatas. Namun, kondisi sekarang telah berbeda, pasokan listrik PLN pascaproyek pembangkit 35.000 megawatt (MW) berlimpah.

Fahmy bahkan menilai bahwa PLN mengalami kelebihan pasokan (over supply) selama pandemi COVID-19. Oleh karena itu, dia menilai pengalihan pasokan listrik dari PLN menjadi solusi dalam mengatasi kelebihan pasokan listrik PLN.

Hanya saja, Fahmy menekankan PLN harus dapat menjaga kuantitas dan kualitas listrik yang dipasok ke seluruh industri benar-benar terjamin alias tanpa pemadaman.

Menurut dia, PLN ternyata sudah siap dalam menyambut rencana pemindahan pasokan listrik industri ke PLN. Bahkan, PLN sudah mengakselerasi program akuisisi captive power yang ditujukan untuk pelanggan industri agar bersedia mengalihkan suplai listriknya ke PLN.

"Pasokan listrik PLN diyakini lebih murah, andal, dan ramah lingkungan. PLN juga memberikan insentif tarif melalui skema B-2-B bagi badan usaha yang beralih menggunakan listrik PLN," pungkasnya.