Bagikan:

JAKARTA - Otoritas China mengumumkan larangan menyeluruh terhadap semua produk hasil laut dari Jepang, saat PLTN Fukushima mulai melakukan pembuangan air limbah radioaktifnya ke laut lepas Hari Kamis.

"Tiongkok sangat khawatir terhadap risiko kontaminasi radioaktif yang dibawa oleh makanan dan produk pertanian Jepang," kata biro bea cukai Tiongkok dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 24 Agustus.

Pemerintah Jepang menandatangani rencana tersebut dua tahun lalu dan mendapat lampu hijau dari pengawas nuklir PBB (IAEA) bulan lalu. Pelepasan ini merupakan langkah penting dalam penghentian pembangkit listrik Fukushima Daiichi, setelah rusak akibat gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011.

Operator pembangkit listrik Tokyo Electric Power (Tepco) mengatakan, pelepasan dimulai pada pukul 13.03. waktu setempat dan tidak ditemukan adanya kelainan.

Namun, Beijing kembali menegaskan penolakannya terhadap rencana tersebut, mengatakan pihak Tokyo belum membuktikan bahwa air yang dibuang aman.

"Pihak Jepang tidak boleh menyebabkan kerugian sekunder terhadap masyarakat lokal dan bahkan masyarakat dunia karena kepentingan egoisnya sendiri," kata Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan.

Sebaliknya, pihak Tokyo mengkritik Tiongkok karena menyebarkan “klaim yang tidak berdasar secara ilmiah.”

Mereka menyatakan, pelepasan air tersebut aman, menggarisbawahi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga telah menyimpulkan dampak yang ditimbulkannya terhadap manusia dan lingkungan "dapat diabaikan".

Karenanya, Jepang telah meminta agar Tiongkok segera mencabut larangan impor produk hasil laut, mengupayakan diskusi mengenai dampak pelepasan air berdasarkan ilmu pengetahuan, kata Perdana Menteri Fumio Kishida kepada wartawan.

Nilai ekspor produk hasil laut Jepang ke China mencapai 600 juta dolar AS tahun lalu, atau pasar ekspor terbesar Negeri Matahari Terbit, disusul Hong Kong di peringkat kedua. Data pemerintah menunjukkan, ekspor ke dua wilayah tersebut mencakup 42 persen dari total seluruh ekspor hasil laut Jepang tahun lalu.

Bea Cukai Tiongkok tidak memberikan rincian mengenai produk akuatik tertentu yang terkena dampak larangan tersebut, tidak juga segera menanggapi permintaan komentar.

Diketahui, pembuangan pertama berjumlah 7.800 meter kubik – setara dengan sekitar tiga kolam renang Olimpiade – akan berlangsung selama sekitar 17 hari.

Menurut hasil tes Tepco yang dirilis pada Hari Kamis, air tersebut mengandung sekitar 63 becquerel tritium per liter, di bawah batas air minum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 10.000 becquerel per liter. Becquerel adalah satuan radioaktivitas.

IAEA juga merilis pernyataan yang mengatakan, analisis independen di lapangan telah mengonfirmasi konsentrasi tritium jauh di bawah batas.

"Tidak akan ada dampak kesehatan apa pun… Tidak ada alasan ilmiah untuk melarang impor makanan Jepang apa pun," kata Geraldine Thomas, mantan profesor patologi molekuler di Imperial College London.

Namun kelompok nelayan Jepang, yang mengalami kerusakan reputasi selama bertahun-tahun akibat ketakutan terhadap radiasi, masih menentang rencana tersebut.

“Yang kami inginkan hanyalah bisa terus menangkap ikan,” kata ketua Koperasi Perikanan Jepang dalam sebuah pernyataan yang menyinggung “kecemasan yang meningkat” di masyarakat.

Selain Tiongkok, Hong Kong dan Makau juga telah mengumumkan larangan mereka mulai Hari Kamis, yang mencakup impor makanan laut Jepang dari 10 wilayah.

Sedangkan Perdana Menteri Korea Selatan Han Duck-soo mengatakan, larangan impor produk perikanan dan makanan dari Fukushima akan tetap berlaku sampai kekhawatiran masyarakat mereda.

Jepang sendiri akan melakukan pemantauan di sekitar area pelepasan air dan mempublikasikan hasilnya setiap pekan mulai Hari Minggu mendatang, kata Menteri Lingkungan Hidup Jepang. Total pelepasan air ini diperkirakan memakan waktu hingga 30 tahun.