JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Iran memanggil kuasa usaha Swedia dan Denmark secara terpisah atas penistaan kitab suci Al Quran yang masih berlanjut, menurut media pemerintah.
Direktur Departemen HAM kementerian itu mengecam "tindakan biadab dan keji yang berulang" yang menghina kitab suci umat Islam di dua negara Eropa tersebut, lapor kantor berita IRNA dilansir ANTARA dari Anadolu, Senin, 21 Agustus.
Dia merujuk pada pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei baru-baru ini bahwa "mendukung kejahatan dan penistaan terhadap Al Quran merupakan bentuk perang terhadap dunia Islam."
Ia mengatakan kebebasan ekspresi harus disertai dengan "tugas dan tanggung jawab tertentu".
Direktur tersebut juga mendesak kedua diplomat itu untuk mematuhi kewajiban internasional sesuai pasal 19 dan 20 dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik."
Swedia dan Denmark beberapa bulan terakhir dilanda sederet pembakaran Al Quran oleh kalangan ekstremis sayap kanan di bawah kawalan pasukan pemerintah sehingga menuai amarah di seluruh dunia Muslim.
Dalam kasus terbaru, pegiat anti-Islam di Swedia bernama Salwan Momika kembali membakar Al Quran di depan Kedutaan Besar Iran di Stockholm. Selama melakukan aksi tersebut, ia sempat disiram oleh seorang perempuan.
Iran sebelumnya telah memanggil perwakilan dua negara Eropa itu pada pertengahan Juli.
Dubes Denmark dipanggil pada 22 Juli, sehari setelah seorang pedemo sayap kanan membakar salinan Al Quran di depan Kedubes Iran di Kopenhagen.
BACA JUGA:
Ia kembali dipanggil pada 7 Agustus setelah aksi pembakaran Quran lagi-lagi terjadi di negara Skandinavia itu.
Sementara itu, utusan Swedia juga dipanggil pada 21 Juli ketika juru bicara Kemenlu Iran Nasser Kanaani mengatakan pemerintah Swedia "bertanggung jawab penuh atas konsekuensi yang memprovokasi perasaan kaum Muslim" dengan membiarkan penistaan terhadap Quran terjadi.
Pada awal Juli, Iran mengumumkan bahwa pihaknya tidak mengirim duta besar yang baru untuk Swedia setelah masa jabatan dubes sebelumnya berakhir, sehubungan dengan penistaan Quran di ibu kota Swedia.
Pada saat itu, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mencuit di Twitter bahwa "proses penempatan dubes baru" untuk Swedia dihentikan sehubungan dengan tindakan pemerintah (Swedia) yang mengizinkan penistaan terhadap Al Quran.