JAKARTA - Pemprov DKI mulai memberlakukan work from home (WFH) bagi aparatur sipil negara (ASN) mulai Senin 21 Agustus dan kualitas udara di Jakarta menjadi terburuk kelima sedunia setelah Kota Seattle, Amerika Serikat.
Melansir data dari situs IQAir, Senin pagi pukul 08.30, Jakarta menduduki peringkat kelima sebagai kota terburuk kualitas udara di dunia.
Adapun tingkat baik atau buruknya suatu kualitas udara adalah dinilai berdasarkan tingkat PM 2,5-nya. Semakin tinggi angka PM 2,5, maka semakin buruk juga kualitas udara di suatu daerah.
Di Jakarta sendiri, per pukul 08.23 WIB hari ini Senin pagi, PM 2,5 yang dimiliki kota ini mencapai 160. Hal ini mengindikasikan udara yang tak sehat, tidak hanya untuk kelompok yang sensitif, tetapi juga untuk orang secara umum.
Sementara itu, kota dengan kualitas paling buruk rangking pertama diduduki Kota Seattle, Amerika Serikat, dengan PM 2,5 sebanyak 192.
Di urutan kedua, kota dengan kualitas paling buruk diduduki Doha, Qatar, dengan PM 2,5 sebanyak 170 Sedangkan di urutan ketiga, kota dengan kualitas paling buruk diduduki Kota Portland, Amerika Serikat dengan PM 2,5 sebanyak 167.
Untuk diketahui, udara dengan PM 2,5 di angka 0 berarti udara bagus. PM 2,5 di angka 51-100 moderat, PM 2,5 di angka 101-150 berarti udara tak sehat untuk kelompok sensitif, dan PM 2,5 di angka 150-200 berarti udara tak sehat.
Sementara pada PM 2,5 di angka 201-300 mengindikasikan udara sangat tak sehat dan pada PM 2,5 di angka 301+ berarti kualitas udara sudah gawat darurat.
Untuk mengantisipasi dampak jelek dari kualitas udara buruk di Jakarta ini, warga bisa memakai masker apabila sedang di luar, menyalakan penyaring udara (air purifier), tutup jendela untuk menghindari udara yang kotor, dan menghindari aktivitas di luar ruangan.