JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menilai tetap ada campur tangan Presiden Joko Widodo dari merapatnya Partai Golkar dan PAN dalam koalisi Gerindra-PKB yang mendukung Prabowo Subianto menjadi calon presiden 2024.
Skenario Jokowi untuk menggabungkan koalisi besar ini, kata Ujang, ditandai dengan pertemuan antara Jokowi dengan Ketua Umum Gerindra, PKB, Golkar, PAN, dan PPP. Meskipun, pada akhirnya PPP memutuskan bergabung dengan PDIP untuk mendukung Ganjar Pranowo.
Pertemuan Jokowi dengan para pimpinan partai politik (parpol) ini terjadi saat acara Silaturahmi Ramadhan di Kantor DPP PAN Jakarta pada Minggu 2 April.
“Ini sudah sesuai dengan skenario koalisi besar yaa, yang dulu diskemakan oleh Jokowi ketika pertemuan di DPP PAN. Minus PDIP dan juga Nasdem, yaitu (terdapat) Gerindra, PKB, PAN dan Golkar. Jadi, ini adalah bagian daripada koalisi besar itu,” kata Ujang kepada wartawan, Senin, 14 Agustus.
Menurut Ujang, terlalu kebetulan jika PAN dan Golkar mendeklarasikan dukungan untuk Prabowo bersama-sama pada Minggu, 13 Agustus di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat.
“Lihat saja bagaimana PAN dengan Golkar bersama-sama loh mendukung Prabowo di saat yang sama, di tempat yang sama. Itu kemungkinan ada arahan itu, kalau tidak ada arahan, pasti harinya berbeda, tempatnya berbeda gitu loh,” jelas Ujang.
Kemarin, Partai Golkar dan PAN mendeklarasikan dukungannya kepada Prabowo Subianto menjadi calon presiden di Pemilu 2024. Dengan dukungan ini, Golkar dan PAN resmi merapat dengan koalisi Gerindra dan PKB.
Namun, Prabowo dukungan Golkar dan PAN kepadanya untuk mengikuti kontestasi politik 2024 mendatang ini bukan merupakan arahan dari Presiden Jokowi.
Menteri Pertahanan ini menegaskan, Jokowi merupakan kepala negara yang menghormati sikap partai politik masing-masing.
"Pak Jokowi orang yang sangat demokratis. Jadi, beliau sangat menghormati independensi dan hak setiap parpol. Saya kira itu yang harus saya tegaskan," ujar Prabowo di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu, 13 Agustus.
BACA JUGA:
Sebagai contoh, kata Prabowo, Jokowi tak ikut campur ketika sebelumnya Partai Perindo mendatangi Gerindra untuk memberikan dukungannya kepada Prabowo dalam kontestasi Pilpres 2023, sebelum akhirnya partai yang dipimpin Hary Tanoesoedibjo tersebut berubah haluan mendukung Ganjar Pranowo.
"Keputusan partai apapaun, pengalaman saya dan keyakinan saya saya kira semua ketum (juga yakin), beliau (Jokowi) tidak akan melarang, tidak akan mendikte. Kenyataannya demikian. Bukti sudah banyak," jelas Prabowo.