JAKARTA - Bupati Tanah Laut (Tala) HM Sukamta optimistis film TALA: When Love Calls From The Bottom of Borneo mampu mempromosikan pariwisata Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Hal tersebut disampaikan Sukamta dalam acara Bincang Siang di Bentara Budaya Jakarta, Jumat 28 Juli lalu.
Sukamta memaparkan, Tanah laut memiliki potensi wisata paling lengkap ketimbang kawasan lain di Kalimantan Selatan, mulai dari pesisir pantai, gunung, serta hutan.
Ada sejumlah obyek wisata yang terkenal di Tanah Laut, di antaranya Pantai Batakan Baru, Pantai Takisung, Pantai Swarangan, Air Terjun Balangdaras, upacara adat Balian, serta Bukit Teletubies.
“Dengan demikian, wisatawan yang datang ke Tanah Laut memiliki banyak pilihan untuk berwisata,” ujar Sukamta.
Meski memiliki potensi, Sukamta mengamini bahwa Tanah Laut hanya dikenal oleh masyarakat yang tinggal di sekitar Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, pihaknya ingin mempromosikan Tanah Laut kepada wisatawan nasional dan mancanegara. Salah satunya, melalui film TALA: When Love Calls From The Bottom of Borneo.
Sukamta menilai, film merupakan medium yang tepat untuk mempromosikan wisata di Kabupaten Tanah Laut. Pasalnya, film dapat menayangkan konten promosi dengan durasi lebih lama sekaligus memberikan hiburan kepada penonton. Dengan demikian, penonton dapat mengonsumsi pesan iklan secara implisit dan tidak merasa terbebani.
Hal tersebut, kata Sukamta, membuat film lebih efektif ketimbang sarana promosi lainnya, seperti banner, reklame, iklan, serta videotron.
“Kalau lewat film, setidaknya orang menyaksikan tayangan selama 90 menit. Selanjutnya, penonton bisa menyaksikan berbagai keindahan Tanah Laut sepanjang cerita,” katanya.
Film TALA: When Love Calls From The Bottom of Borneo, lanjut Sukamta, telah memberikan multiplier effect di Tanah Laut, termasuk pada sektor industri kreatif. Pasalnya, sekitar 75 persen aktor dan aktris yang membintangi film tersebut berasal dari Tanah Laut.
Selain itu, produksi film daerah itu turut memajukan rasa percaya diri para pelaku industri kreatif di Tanah Laut. Terbukti, sineas lokal di Tanah Laut tengah memproduksi film horor selepas TALA: When Love Calls From The Bottom of Borneo diproduksi.
Sukamta mengklaim bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanah Laut menjadi pemerintah daerah pertama yang memproduksi film secara penuh. Saat ini, terdapat 514 kabupaten dan kota di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Jika separuh pemerintah daerah melakukan hal serupa, Sukamta meyakini industri perfilman nasional akan semakin menggeliat.
“Hal tersebut tidak hanya menghidupkan industri perfilman nasional, tapi juga menumbuhkan potensi industri kreatif di daerah masing-masing,” ujarnya.
Sementara itu, Sutradara TALA: When Love Calls From The Bottom of Borneo Joko Nugroho mengatakan, Pemkab Tanah Laut memberikan kebebasan kepada pihaknya untuk memproduksi film ini, termasuk dalam pemilihan aktor dan aktris yang membintangi film ini.
Oleh karena itu, ia hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk menyelesaikan skenario film. Biasanya, ia membutuhkan waktu hingga tiga bulan.
“Berbagai tantangan selama memproduksi film dapat kami hadapi dengan mudah karena Pemkab Tanah Laut beserta masyarakat mendukung proses produksi,” ujar Joko.
SEE ALSO:
Joko juga mengapresiasi Sukamta yang menginginkan supaya lebih banyak aktor dan aktris lokal yang terlibat dalam film tersebut.
Oleh karena itu, ia mendorong para sutradara untuk menggunakan aktor atau aktris daerah bila hendak memproduksi film berlatar daerah. Selain menghasilkan film bermutu, sutradara juga berkewajiban untuk mengembangkan aktor dan aktris di daerah.
“Sutradara beserta insan perfilman juga bisa berkontribusi membangun daerah dengan caranya sendiri. Salah satunya, dengan membuat film daerah,” kata Joko.
Sebagai informasi, TALA: When Love Calls From The Bottom of Borneo dibintangi oleh Marcel Chandrawinata, Amara Angelica, serta Putri Pariwisata Indonesia 2022 Bella Devita. Film ini direncanakan bakal tayang pada Agustus 2023.