JAKARTA - Bupati Puncak, Papua Tengah, Willem Wandik mengungkapkan terdapat enam warganya yang dilaporkan meninggal dunia karena sakit akibat cuaca ekstrem. Keenam orang itu merupakan warga Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak.
"Informasi yang saya terima enam orang yang dikabarkan meninggal dunia tersebut mengalami sakit, yang diduga akibat terdampak cuaca ekstrem. Warga yang meninggal, masing-masing tiga orang di distrik Agandugume dan 3 orang dari Distrik Lambewi," ungkap Bupati Wandik dalam keteranganya, Jumat 28 Juli.
Wandik menyatakan, dari enam warga Kabupaten Puncak yang meninggal, lima orang merupakan dewasa dan satu bayi yang baru dilahirkan.
Identitas korban meninggal dunia di Distrik Agandugume, yakni Yenis Telenggen (38), Yemina Murib (42), dan Ater Tabuni (46). Sementara korban di Distrik Lambewi, yakni Ila Telenggen (1 hari) , Tenus Murib (46), dan Tera Murib (39).
"Para korban mengalami diare. Untuk penyebab diare, tim medis yang diturunkan masih mengumpulkan data," jelasnya.
Bupati Wandik menjelaskan, cuaca ekstrem yang terjadi di Kabupaten Puncak merupakan siklus tahunan. Namun, kali ini siklusnya lebih lama dan menyebabkan kekeringan berkepanjangan di wilayah Puncak Papua.
"Akibat tak turun hujan dalam jangka waktu lama, tanaman kebun masyarakat kering semua jadi kalau siang panas sedangkan kalau malam dingin sekali hingga ada embun es di tanaman. Itu yang sebabkan tanaman kebun masyarakat mati, sementara mereka sangat bergantung pada hasil kebun baik untuk makan maupun untuk dijual," jelas Wandik.
Dilaporkan, cuaca ekstrem terjadi sejak Mei 2023 lalu hingga kini dan melanda dua distrik di Kabupaten Puncak. Terdapat sekitar 7.000 warga yang terdampak cuaca ekstrem tersebut.
"Sekitar 3.000 warga di Distrik Agandugume dan 4.000 warga Distrik Lambewi," ungkap Wandik.
Atas musibah ini, Pemkab Puncak telah menetapkan status tanggap darurat melalui SK Bupati Nomor.300.2/28/tahun 2023, terhitung sejak 7 Juni hingga 7 Agustus 2023.
"Bencana kekeringan yang terjadi merupakan siklus tahunan yang biasanya berlangsung dari Mei hingga Agustus sebagai dampak dari cuaca ektrem dingin dan tidak turun hujan, mengakibatkan tanaman menjadi rusak, busuk, ketika penduduk setempat makan menyebabkan sakit perut dan diare," jelas Wandik.
BACA JUGA:
Sejak Mei hingga kini, Pemerintah Kabupaten Puncak sendiri telah mendistribusikan 6 ton bahan makanan (bama), untuk korban bencana kekeringan di dua distrik tersebut.
Selain itu Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono dan Kemensos juga telah mendistribusikan 14 ton bantuan bahan makanan siap saji dan bantuan lainnya untuk mengatasi bencana ini.