6 Bulan Terakhir, Kerugian Bencana di Sukabumi Capai Rp3,7 Miliar
Personel PMI Kota Sukabumi saat memantau lokasi banjir di Jembatan Merah, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, Jabar beberapa waktu lalu. (ANTARA)

Bagikan:

SUKABUMI - Sistem Informasi Elektronik Data Bencana (SiEdan) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi mencatat kerugian akibat bencana yang terjadi di Kota Sukabumi, Jawa Barat, pada semester pertama 2023 mencapai Rp3,7 miliar.

"Nilai kerugian tersebut berasal dari 73 kejadian bencana terhitung dari Januari hingga Juni 2023," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami dikutip ANTARA, Selasa 25 Juli.

Penyumbang kerugian terbesar adalah becana tanah longsor dengan nilai kerugian mencapai Rp1,6 miliar, kemudian kebakaran Rp1,29 miliar, cuaca ekstrem Rp533,5 juta, banjir Rp208,3 juta, dan puting beliung Rp30 juta.

Dari sisi jumlah kejadian bencana untuk tanah longsor sebanyak 26 kasus, cuaca ekstrem 20 kasus, kebakaran 14 kasus, banjir delapan kasus, dan puting beliung lima kasus.

Sementara untuk bangunan yang rusak akibat dampak bencana sebanyak 118 unit dengan rincian enam unit rusak berat, 20 unit rusak sedang, dan 82 unit rusak ringan.

Meskipun tidak ada korban meninggal, tetapi 46 jiwa terdampak dimana tujuh orang, diantaranya mengalami luka ringan dan satu orang luka berat.

Kemudian untuk frekuensinya bencana setiap bulan yakni Januari satu kejadian, Februari 16 kejadian, Maret 25 kejadian, April 10 kejadian, Mei 11 kejadian, dan Juni 10 kejadian.

Selanjutnya untuk daerah yang paling tinggi angka kasus kejadian bencana yaitu di Kecamatan Cikole 17 kejadian, Kecamatan Citamiang 14 kejadian, Kecamatan Gunungpuyuh 12 kejadian. Kemudian Kecamatan Baros 11 kejadian, Kecamatan Warudoyong sembilan kejadian, Kecamatan Cibeureum dua kejadian, dan terakhir Kecamatan Lembursitu ada delapan kejadian.

"Pada Juli ini kami prediksi kejadian bencana di Kota Sukabumi relatif landai atau sedikit, karena dari awal bulan hingga minggu terakhir jarang terjadi turun hujan. Namun yang diwaspadai pada bulan ini adalah dampak El Nino yang bisa memicu terjadinya bencana kekeringan dan kesulitan air bersih. Walaupun saat ini belum ditemukan adanya warga yang terdampak fenomena alam tersebut," tambahnya.

Meskipun demikian Zulkarnain mengimbau kepada warga untuk tetap waspada guna meminimalisasi dampak baik harta maupun jiwa karena bencana tidak bisa diprediksi waktu dan tempat kejadiannya.

Di sisi lain, menghadapi puncak El Nino yang diprediksi terjadi pada Agustus hingga September 2023 sesuai prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) warga diimbau menggunakan air secukupnya, selalu menjaga sumber atau mata air, dan melaksanakan panen hujan untuk cadangan air karena sampai saat ini hujan masih turun walaupun hanya gerimis.