JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kewaspadaan masyarakat atas signifikansi kekeringan sejak bergesernya fenomena regional Madden-Julian Oscillation (MJO) yang membentuk awan-awan hujan.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan hal itu bisa terjadi meski dalam 2-3 terakhir pembentukan siklon tropis di sekitar Filipina.
“Tetapi efeknya sebenarnya MJO ketika dia mulai bergeser, ketika dia sudah selesai, maka dia akan membawa signifikansi yang lebih tinggi dari aspek kekeringan,” ujar Abdul dilansir ANTARA, Senin, 24 Juli.
Abdul mengimbau masyarakat untuk waspada pada fenomena tersebut. Sebab setelah adanya periode hujan di kemarau sejak dua minggu lalu, saat ini mulai tampak signifikansi dari kekeringan yang dominan di Pulau Jawa.
BACA JUGA:
Selain itu BNPB menekankan kejadian kebakaran lahan banyak terjadi akibat pembakaran sampah warga yang ditinggal, kemudian membuat api menjalar.
“Ketika fenomena regional lewat, maka dia akan meningkatkan signifikansi dari kekeringan, meskipun pada saat Madden- Julian Oscillation, fenomena regional yang selalu datang ke Indonesia di periode Juli sampai Agustus ini, dia biasanya juga diiringi oleh adanya siklon tropis,” katanya.
Pada periode 17-23 Juli BNPB mencatat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sangat dominan sekitar 20 kejadian, atau 57 persen kejadian bencana. Meskipun kalau dilihat dari sisi yang terdampak langsung, kekeringan dan karhutla, selama tidak menjalar ke pemukiman masyarakat, maka tidak ada masyarakat yang terdampak langsung seperti banjir.
“Meskipun sebenarnya, kalau kita lihat keterpaparan ketika masyarakat terkena asap itu juga sudah mempengaruhi, tapi tidak berdampak langsung seperti kalau kita bicara banjir dan kekeringan,” ujar Abdul.