Bagikan:

JAKARTA - Teka-teki soal bakal calon wakil presiden (cawapres) yang mendampingi Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (capres) dari Partai NasDem ternyata tak hanya membuat penasaran masyarakat, namun juga Presiden Joko Widodo.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Paloh menuturkan, saat pertemuan di Istana Kepresidenan Jakarta kemarin, Jokowi bertanya kepada dirinya soal siapa pendamping Anies dalam Pilpres 2024 nanti.

"Pak Jokowi juga tanya, siapa ini wakil presidennya (Anies) ini," kata Paloh saat ditemui di NasDem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa, 18 Juli.

Kepada Jokowi, Paloh mengaku belum mengetahui siapa sosok yang bakal dipilih sebagai cawapres untuk mendampingi Anies.

Menurut dia, yang lebih memahami kepantasan seseorang menjadi cawapres Anies adalah mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 itu sendiri.

"Saya bilang belum mikirin itu, saya belum memahami. Barangkali Pak Anies yang paling tahu. Ya, kira-kira begitu," ungkap Paloh.

Paloh juga menampik salah satu materi yang dibahas Jokowi bersama dirinya adalah sindiran Paloh soal gagasan Revolusi Mental dalam Apel Siaga Perubahan NasDem.

Revolusi Mental merupakan gerakan Jokowi selama menjabat Presiden RI. Dalam Apel Siaga NasDem pada Minggu, 16 Juli lalu, Paloh menyebut Revolusi Mental belum menjadi kenyataan sampai saat ini.

Namun, Paloh menyebut tak ada ketegangan yang terjadi dalam pembahasan keduanya itu. Justru, Paloh mengakui suasana cukup cair dan bahkan Jokowi sempat berkelakar, mengaku menunggu pernyataan-pernyataan kontroversialnya.

"Ada (komentar Jokowi soal sindirannya). 'Saya sedang tunggu-tunggu, bang Surya ngomong apalagi ini'. Hahaha. Ya suasana kekeluargaan, saya harus jujur lah mengatakan itu," kata Paloh saat ditemui di NasDem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa, 18 Juli.

Menurutnya, suasana kekeluargaan seperti itu harus terus dipelihara, khususnya menjelang Pemilu 2024.

"Saya pikir ini yang bagus sekali. Karena ini yang kita butuhkan. Suasana kita menghadapi Pemilu 2024 yang waktunya tidak terlalu lama lagi di depan mata kita, bagaimana kalau bisa semua para katakanlah elite bangsa ini, ada suasananya dengan menyambut itu tidak dengan ketegangan, kekakuan apalagi dalam suasana gundah gulana, kalau kita bisa bawa sedikit dengan sedikit lebih rileks saya pikir bagus itu," papar dia.

Paloh pun menjelaskan dirinya dan Jokowi juga membahas soal reshuffle kabinet yang mengurangi jumlah jatah menteri dari Partai NasDem.

Kemarin, Jokowi resmi menggantikan posisi Menteri Komunikasi dan Informatika yang sebelumnya dijabat mantan Sekjen NasDem Johnny G. Plate dengan melantik Budi Arie yang nerupakan relawannya.

Namun, Paloh pun mengaku legawa. Menurut dia, siapapun sosok yang diangkat sebagai menteri merupakan hak prerogatif Jokowi sebagai kepala negara.

"Saya berulang kali mengatakan, itu hak priogatifnya presiden. Kita konsisten untuk menghormati karena sesungguhnya itu memang benar. Artinya, Presiden bisa menentukan, mau pagi, mau siang, mau sore, mau jalan, terus mau reshuffle, mau pilih siapa saja, dan itu memanng mamang konstitusi, bukan ngada-ngada," tutur Paloh.