JAKARTA - Kematian seorang sukarelawan pada uji coba tahap III vaksin COVID-19 buatan China, Sinopharm di Peru, akhirnya mendapat titik terang. Pihak penyelenggara, Universitas Cayetaho Heredia mengatakan sukarelawan tidak menerima vaksin. Akan tetapi, menerima plasebo.
“Penting untuk menetapkan bahwa kematian sukarelawan tidak terkait dengan vaksin sejak dia menerima plasebo, dan oleh karena itu kami akan melaporkan kepada badan regulasi dan etika terkait serta mempertahankan jalannya studi fase ketiga ini,” kata universitas tersebut dikutip Reuters, Kamis, 28 Januari.
Untuk itu, khalayak harus memahami mana vaksin dan mana plasebo. Plasebo biasanya telah diisi kandungan tertentu --bukan vaksin COVID-19-- untuk mengukur efektivitas vaksin. Dalam ujicoba vaksin COVID-19, biasanya satu kelompok akan menerima plasebo aktif, seperti diisi vaksin meningitis atau septiceamia. Satunya lagi, kelompok dari mereka yang menerima vaksin COVID-19 sesungguhnya.
Lebih lengkap terkait plasebo kami pernah mengulas panjang lebar dalam tulisan “Pentingnya Mengetahui Kandungan Plasebo dalam Ujicoba Vaksin COVID-19.”
BACA JUGA:
Kepala peneliti di Universitas Cayetano Heradia German Malaga pun turut angkat bicara. Sukarelawan yang meninggal karena pneumonia diperparah COVID-19 itu sebelumnya telah menderita diabetes. Malaga pun menjelaskan sejauh ini pihaknya telah menggunakan total dua dosis vaksin atau plasebo kepada 12 ribu sukarelawan.
“Itu berkembang tanpa kemunduran. Hal-hal itu bisa saja terjadi, COVID-19 adalah penyakit yang menyebabkan kematian,” ujarnya.
“Pesan kami kepada para relawan adalah jaga diri mereka sendiri karena kami tidak tahu apakah mereka memiliki vaksin atau plasebo,” tambahnya.
Pihak universitas bahkan telah membantu penuh relawan tersebut mulai dari perawatan yang diperlukan untuk mengobati penyakit itu. Kendati demikian, seminggu kemudian relawan itu meninggal dunia.
"Ini adalah kehilangan yang menyakitkan karena kami menyampaikan belasungkawa kami kepada keluarganya," tambah pernyataan itu.
Sebelumnya, pada bulan Desember lalu Peru untuk sementara waktu menangguhkan uji coba vaksin COVD-19 Sinopharm. Hal itu karena terdapat suatu kejadian serius yang terjadi pada seorang sukarelawan dalam penelitian tersebut.