JAKARTA - Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menyebut bahwa sejumlah desa di Kabupaten Boyolali dan Boyolali kota mengalami hujan abu usai erupsi Gunung Merapi.
Hanik menyebut, hujan abu yang terjadi merupakan akibat kejadian guguran awan panas pascaerupsi Gunung Merapi.
"Sejumlah lokasi melaporkan kejadian hujan abu dengan intensitas tipis beberapa desa di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, dan Boyolali Kota," kata Hanik dalam tayangan Youtube BPPTKG Channel, Rabu, 27 Januari.
BACA JUGA:
Kata Hanik, guguran lava dan awan panas juga meluncur sejauh 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi pada sektor selatan barat daya, yakni alur Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
"Sedangkan erupsi eksplosif masih berpeluang terjadi dengan lontaran material vulkanik diperkirakan mencapai radius 3 kilometer dari puncak," ucap dia.
Hanik mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di daerah yang direkomendasikan. Masyarakat diharapkan mengantisipasi gangguang akibat abu vulkanik seperti rmggunakan masker, menggunakan kacamata, dan menutup sumber air.
Sebagai informasi, sejak tanggal 4 Januari, Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi yang bersifat efusif. Fase ini dikenal dengan erupsi dengan aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava, kemudian disertai dengan guguran lava dan awan panas guguran.
Pada hari ini sejak pukul 00.00 sampai dengan pukul 14.00 WIB, Gunung Merapi meluncurkan sebanyak 36 kali awan panas guguran dengan jarak luncur antara 500 sampai 3000 meter ke arah barat daya, atau ke hulu kali Krasak dan kali Boyong.
Awan panas ini tercatat di seismograf dengan amplitudo antara 15 sampai dengan 60 mm dan durasi 83 sampai 197 detik.