Bagikan:

MEKKAH - Menjelang puncak pelaksanaan haji, Pusat Kesehatan Haji  mendirikan pos kesehatan saat wukuf di Arafah, Mekkah, Arab Saudi.

"Ada sekitar 20 kasur untuk jemaah yang perlu perawatan, apalagi yang heat stroke ada tempat pemulihan," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro Susilo di Mekkah dilansir ANTARA, Selasa, 20 Juni.

Liliek mengatakan tenaga kesehatan yang akan bertugas di Arafah merupakan tenaga kesehatan yang sebelumnya bertugas di bandara serta dari unsur Emergency Medical Team (EMT) dan Tim Promosi Kesehatan (Promkes).

Selain itu akan ada lima pos kesehatan satelit yang sifatnya sementara tersebar di tenda-tenda jamaah, sementara ada pos kesehatan yang didirikan oleh Pemerintah Arab Saudi sehingga jemaah dapat mudah untuk mengakses pelayanan kesehatan.

Sementara itu untuk pelayanan kesehatan di Mina, Liliek mengatakan akan ada pos kesehatan yang besar dan di jalur lalu lalang jamaah dari tenda di Mina menuju Jamarat yang merupakan lokasi untuk melempar jumrah.

Petugas yang yang disiapkan merupakan gabungan dari Tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKP3JH), Perlindungan Jemaah, dan tenaga kesehatan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang akan mendirikan pos di sana.

"Jalur bawah dan atas ada 5 titik," kata Liliek.

Petugas kesehatan juga menyiapkan ambulans di luar lingkaran tenda jamaah di Mina yang akan siaga membawa jemaah yang sakit, sedangkan EMT akan berkeliling dengan membawa obat-obatan.

Liliek juga mengingatkan kepada jemaah calon haji untuk tidak banyak beraktivitas di luar jelang pelaksanaan puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina).

"Suhu cukup tinggi di Mekkah perlu diwaspadai agar jamaah tidak sering terpapar sinar matahari, cukup beraktivitas di penginapan saja," kata Liliek.

Liliek juga mengajak jemaah untuk mengurangi ibadah sunah dan mulai memfokuskan diri pada puncak ibadah haji.

"Ibadah sunah mulai dikurangi karena tujuan utamanya adalah untuk haji ini, kita jaga agar pada saat Armina jamaah sehat dan bugar," kata Liliek.

Liliek mengatakan jemaah lansia yang memiliki resiko tinggi sangat banyak sekitar 70-75 persen, sehingga petugas kesehatan melakukan screening terhadap 50 calon haji di setiap kloter untuk terus dipantau.

Selanjutnya jemaah akan diskiring untuk mengetahui kondisi kesehatan sebelum mengikuti puncak haji di Armina. Jika kesehatan tidak memungkinkan maka jemaah akan difasilitasi untuk mengikuti safari wukuf.