JAKARTA - Kader Partai Hanura, Ambroncius Nababan harus berhadapan dengan hukum karena dilaporkan atas dugaan ujaran kebencian berunsur SARA di media sosial. Melalui akun Facebooknya, dia menghina aktivis Papua Natalius Pigai dengan menyandingkannya dengan gambar Gorila.
Postingan itupun dianggap sebuah penghinaan. Sehingga Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Papua Barat (PB) melaporkannya ke Polda Papua Barat dengan nomor laporan LP/17/I/2021/Papua Barat.
Namun, tak lama kemudian penanganan perkara itupun dilimpahkan ke Bareskrim Polri. Sehingga, penyelidik langsung melayangkan surat panggilan pemeriksaan tehadap Ambroncius Nababan.
Surat pemanggilan terhadap Ambrocius Nababan ini Nomor: S.Pgl/38/2021/Dittipidsiber. Dalam pemeriksaan ini, Ambrocius masih berstatus sebagai saksi.
"Tadi kan sudah diberikan panggilan. Beberapa hari ke depan akan dipanggil menghadap penyidik Bareskrim Polri," ucap Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono kepada wartawan, Senin, 25 Januari.
Namun, Rusdi belum bisa memastikan waktu pemeriksaan tersebut. Dia hanya menyebut pemeriksaan terhadap kader partai Hanura itu akan dilakukan secepatnya.
"Panggilan kan sudah ada, secepatnya lah," ungkapnya.
Sementara, Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono menambahkan, alasan di balik pelimpahan penanganan perkara ini karena terduga pelaku melakukan aksinya di Jakarta. Sehingga, diputuskan untuk menarik perkara ini ke Bareskrim Polri.
"Kenapa dilimpahkan? Diduga dari analisis Siber itu adalah yang melakukan ada di Jakarta. Makanya untuk LP-nya di limpahkan ke Bareskrim Polri," kata Argo.
Dengan alasan itu, Bareskrim berkoordinasi dengan Polda Papua Barat dan Papua untuk melimpahkan perkara. Ada 2 laporan polisi terkait dengan perkara tersebut.
"Pertama dari Polres Papua Barat ini ada laporan yang dilaporkan ke Polda Papua Barat. Pertama atas nama Pak Sitanggang pelapornya, yang kedua adalah LP juga di Papua Barat, laporannya Pak Thomas Barung. Ini ada 2 LP," ungkap dia.
Nantinya, dalam penanganan perkara ini penyelidik Bareskrim akan memanggil Ambroncius Nababan. Selain itu, keterangan saksi dan ahli juga akan dimintai keterangan perihal tersebut.
"Tentunya dari Siber akan melakukan penyelidikan terlebih dahulu berkaitan dengan adanya LP tersebut. Tentunya nanti dari siber akan memanggil atau mengklairifikasi sesuai SOP yang ada. kemudian kita juga akan meminta keterangan dari para ahli dan saksi yang lain," kata dia
"Kebetulan untuk yang diduga mempunyai Facebook, yang mengunggah tentang rasisme itu hari ini sudah kita layangkan surat panggilan. Sudah dibuat oleh Siber Bareskrim untuk dilakukan pemanggilan, sudah kita serahkan kepada yang bersangkutan," sambung dia.
Tak lama berselang usai Polri menyampaikan pernyataan tersebut, Ambroncius Nababan datang ke Bareskrim Polri. Kedatangannya itu untuk memenuhi panggilan yang ternyata dijadwalkan pada 25 Januari.
Namun, sebelum menjalani pemeriksaan Ambroncius sempat memberikan pernyataan yang menyebut jika postingannya tak memiliki niat untuk menghina.
"Tidak ada (rasis). (Hanya untuk) mengkritik," ucap Ambroncius.
Kritikan itu, kata Ambroncius, ditujukun kepada Natalius Pigai karena tak percaya dengan vaksin Sinivac. Tetapi rasa ketidakpercayaanya itu diluapkan ke khalyak luas. Sehingga, hal itu dapat mengganggu program pemerintah.
"Bahwa pak Pugai tolong anda kalau memang tidak setuju Sinovac itu tidak masalah. Semua orang bisa nggak setuju, tapi jangan anda ekspos ke luar bahwa anda tidak percaya dengan Sinovac. Dan (menyebut) saya akan membeli produk dari luar negeri. Itu kan provokasi namanya, itu dasarnya," papar dia
Terlepas dari alasan di baliknya, Ambroncius mengakui jika postingan itu memang perbuatannya. Tapi, ditegaskan untuk gambar gorila yang disandingkan dengan foto Natalius Pigai disebut didapat dari salah seorang rekannya.
"Dan sebenanarnya gambar itu, sebenarnya itu saya kutip, saya copas. Itu bertepatan, saya ketemu ada (akun) Fatimah rupanya. Itu dia posting juga tapi tidak dibilang dia rasisme dan saya cari yang lain-lain, banyak juga rupanya. Tapi tidak pernah dikatakan orang itu rasis. Tapi kenapa saya yang copas, orang punya saya dibilang rasis," kata dia.
Bahkan, kembali ditegaskan postingan itu hanyalah sebuah kritikan dan sebagai lelucon. Sehingga, bukan ditujukan untuk menghina siapapun atau masyarakat Papua.
"(Gambar gorila) iya postingan orang lain. Saya lihat ini bagus postingannya. Jadi saya tidak ada pikiran itu membawa nama Papua karena dijudul saya itu tidak ada kata-kata Papua," tegas dia.
"Percakapannya saya yang buat. Itu saya akui saya yang buat. Sifatnya itu satire, kritik satire. Kalau orang cerdas tahu itu satire itu lelucon-lelucon bukan tujuannya untuk menghina orang, apalagi menghina suku dan agama, tidak ada, jauh sekali, apalagi menghina Papua," sambung Ambroncius.
BACA JUGA:
Natalius Pigai yang mendapat serangan rasisme dari politikus Partai Hanura, Ambroncius di media sosial ini, mengadu kepada Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin. Austin adalah orang berkulit hitam pertama yang diangkat menjadi Menteri Pertahanan AS.
Dalam aku Twitternya, Pigai meminta perhatian kepada Austin terhadap serangan rasisme atas dirinya. Pigai juga menyebut bahwa selama lebih dari 50 tahun, masyarakat keturunan Melanesia Afrika mendapat penyiksaan secara perlahan.
"Aku bangga padamu, Tuan @LloydAustin orang kulit hitam Afrika-Amerika paling tangguh di dunia. Kami telah melawan rasisme kolektif (negara) Indonesia terhadap orang kulit hitam Melanesia Afrika (Papua) lebih dari 50 tahun. Penyiksaan, pembunuhan & genosida perlahan. Kami butuh perhatian," tulis Pigai dalam akun Twitter @NataliusPigai2 pada Minggu, 24 Januari.
I am proud of you, mr @LloydAustin black African American most powerful gentlement in the world. We have been on fire againt Indonesian Colective (state) Racism to black African Melanesian (Papuan) more then 50 years. Torture, killing & slow motion genocide. We need attention pic.twitter.com/fNZtikrAI4
— NataliusPigai (@NataliusPigai2) January 24, 2021