Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mencatat realisasi investasi sepanjang tahun 2020 mencapai Rp826,3 triliun dari target yang telah ditetapkan yakni sebesar Rp817,2 triliun.

"Artinya ada kenaikan kurang lebih sekitar Rp9 triliun dari target (Rp817,2 triliun), jadi ada kenaikan," katanya, dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 25 Januari.

Adapun, capaian realisasi investasi dari Januari hingga Desember 2020 adalah 101,1 persen dari target, dan tumbuh 2,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Bahlil menceritakan, pencapaian tersebut sekaligus menjawab keraguan sejumlah pihak bahwa realisasi investasi di sepanjang 2020 akan tersungkur akibat pandemi COVID-19 berkepanjangan.

Lebih lanjut, kata Bahlil, bahkan pada saat awal pandemi masuk ke Tanah Air, beberapa kelompok asosiasi meramalkan realisasi investasi BKPM tidak mungkin lebih dari Rp700 triliun.

"Hari ini Alhamdulillah stimulus itu kemudian membuat BKPM semua pada tertawa, dan hasilnya Rp826 triliun. Perlu saya sampaikan, hidup itu jangan terlalu pesimis. Ada masalah, tapi jangan dihadapi dengan pesimistis," tuturnya.

Sementara itu, realisasi khusus pada kuartal IV 2020 adalah Rp214,7 triliun, naik 2,7 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, dan naik 3,1 persen dari kuartal yang sama tahun 2019.

Secara rinci, realiasi investasi sepanjang 2020 tersebut tesebar dalam dua sub investasi. Pertama, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp413,5 triliun atau setara 50,1 persen dari total realiasi investasi.

Kedua, kata Bahlil, penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investement (FDI) senilai Rp412,8 triliun, sama dengan 49,9 persen dari pencapaian penanaman modal tahun lalu.

Adapun secara tahunan realisasi investasi dari PMDN tumbuh 7 persen secara tahunan (yoy) dari tahun 2019 yang membukukan Rp386,5 triliun.

Berdasarkan sektor usaha, PMDN didominasi oleh sektor transportasi, gudang, telekomunikasi sebanyak 19,5 persen dari total PMDN atau setara Rp20,2 triliun. Kemudian disusul oleh sektor konstruksi sejumlah Rp 19,3 triliun atau setara 18,6 persen.

Lalu, perumahan, kawasan industri, dan perkantoran Rp15,5 triliun atau setara 14,9 persen. Kemudian, listrik, gas, dan air Rp9,3 triliun atau setara 9 persen. Industri kimia dan farmasi Rp8,7 triliun atau sebesar 8,4 persen, dan sektor lainnya Rp30,6 triliun atau setara 29,6 persen.

Nilai investasi tersebut tersebar di beberapa lokasi, catatan BKPM sepuluh provinsi paling banyak mendapatkan PMDN antara lain Jawa timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sumatera Utama, Sumatera Selatan, dan Kepulauan Riau. 

"Ini pertama dalam sejarah, peran PMDN sangat berguna. PMDN menjadi banteng pertahanan investasi di era pandemi," tuturnya.